Bisnis.com, JAKARTA – Selain menjadi seorang aktris dan penyanyi, Ayudia Bing Slamet juga tengah mendalami kesukaannya pada dunia fotografi persalinan.
Perempuan kelahiran Jakarta yang kerap disapa Ayu ini mengaku bahagia menikmati hobinya yang dituangkannya melalui bisnis jasa fotografi persalinan miliknya, Dia Birth Photo.
Bisnis fotografi persalinannya bisa dibilang merupakan salah satu yang mempopulerkan jenis fotografi tersebut di Indonesia, seiring dengan banyaknya foto jepretannya yang beterebaran di lini masa.
Ayu bercerita bahwa Dia Birth Photo yang baru berjalan dalam tiga tahun terakhir ini semakin banyak di-booking oleh berbagai kalangan, terutama kalangan menengah dan atas.
Dia melihat, saat ini jasa fotografi persalinan menjadi kebutuhan bagi ibu melahirkan untuk bisa memiliki kenang-kenangan dari proses kelahirannya.
“Mungkin orang baru tersadar ada jasanya [fotografi persalinan] untuk mengabadikan momen. Sekarang menjadi sesuatu yang memang banyak diminati orang,” katanya kepada Bisnis.
Ayu mengakui tidak bisa menerima banyak permintaan. Pasalnya dalam menjalankan jasa fotografi tersebut butuh waktu untuk stand by sampai hari kelahiran tiba, bahkan untuk satu HPL atau hari perkiraan lahir bisa stand by hingga satu bulan.
Perihal waktu inilah yang menjadi salah satu tantangan dari menjalankan bisnis fotografi persalinan.
Tantangan lainnya dalam menjalankan bisnis jasa fotografi persalinan ini, lanjut Ayu, adalah perihal teknis. Proses kelahiran memang merupakan hal yang alamiah dan sangat cepat, sehingga jika keperluan teknis tidak disiapkan dengan cepat dan lengkap, akan ada momen yang terlewatkan.
Adapun, dalam prosesnya, fotografer juga harus mampu mengatur kamera sesuai dengan kondisi yang mungkin berubah-ubah.
Baginya, menjalankan bisnis jasa tersebut tidak hanya sekedar memotret, tetapi lebih dari itu. Ada proses pendekatan yang mesti dilakukanya, mengingat kelahiran bukan datang dengan sengaja.
“Fotografi lahiran benar-benar candid, tidak ada satu momen yang diarahkan. Apalagi lahiran normal, butuh konsentrasi tinggi, ibu hamil harus nyaman. Jadi tidak ada komunikasi apapun saat hari H, kamera tidak boleh bunyi, supaya nyaman. Jadi itu benar-benar ada pendekatannya,” terangnya.
Untuk memenuhi permintaan, setidaknya dalam satu bulan ada 1—3 konsumen yang dilayani oleh Ayu. Untuk satu kali pelayanan jasa, konsumen perlu merogoh kocek sekitar Rp5,5 juta—Rp7 juta.
“Ini benar-benar hobi yang jadi sesuatu, makanya enggak bikin komersil. Karena aku mencintai aja,” katanya.
Melihat prospek dari bisnis fotografi persalinan, Ayu berpendapat bahwa bisnis tersebut ke depannya diperkirakan akan terus tumbuh karena jenis fotografi ini terbilang masih berusia muda di Indonesia.