Bisnis.com, JAKARTA - Perundungan (bullying) adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang merasa lebih kuat untuk menyakiti, mempermalukan, dan menindas.
Tentu kita tidak setuju dengan perilaku ini karena sangat merugikan bagi banyak orang, apalagi korban. Namun, apa jadinya jika anak Anda sendiri adalah pelaku perundungan?
"Sebetulnya perlu diluruskan dulu pengertian bullying, ada 3 syarat suatu perilaku dikatakan sebagai perundungan yakni ada niat dari pelaku untuk menyakiti korban, adanya ketidakseimbangan kekuatan, dan dilakukan secara berulang," ujar psikolog anak Jane Cindy Linardy dari RS Pondok Indah Jakarta.
Selama ini, banyak orang yang merasa bahwa konflik adalah bagian dari perundungan. Padahal, perundungan dan konflik berbeda jenis perilakunya.
Anak yang menjadi pelaku perundungan biasanya memiliki kekurangan dalam regulasi emosi, sering melakukan perilaku agresif dan impulsif, dan selalu ingin berkuasa dan mendominasi.
"Si perundung biasanya kurang bisa berempati, sudah terbiasa dengan kekerasan, serta memiliki konsep diri yang negatif," ujar Jane di Jakarta, Kamis (18/7/2019).
Faktor Perundungan
Faktor penyebab perilaku perundungan bisa saja berasal dari keluarga. Orangtua dari pelaku perundungan biasanya sering melakukan kekerasan fisik di rumah seperti memukul, menampar, dan meninju.
Tidak hanya itu, menurut Jane, kekerasan verbal seperti komunikasi yang kasar dan penuh makian juga dapat menimbulkan situasi rumah yang penuh agresi, konflik, dan permusuhan dalam keluarga. Semua hal ini dapat memicu sikap dan karakter anak sebagai perundung.
"Tindakan perundungan juga bisa berkembang di sekolah yang mengabaikan tindakan perundungan, kurang ketegasan, dan minimnya pemberian konsekuensi dari pihak sekolah atas tindakan ini," ujar Jane lagi.
Hal ini juga yang mendukung pelaku perundungan tidak jera dan selalu mengulang tindakannya.
Faktor lain yang mendukung perilaku perundungan adalah kelompok teman sebaya atau pertemanan yang mendorong anak untuk membuktikan diri lebih kuat.
"Misalnya agar tidak dianggap payah dan lemah oleh teman-temannya, atau agar diterima di kelompok pertemanan itu," ujar Jane.
Tayangan Televisi
Jangan sepele juga dengan tontonan atau tayangan televisi, karena 56,9 persen anak meniru adegan film yang ditontonnya. Mereka juga dapat meniru gerakan yang diperlihatkan dan kalimat atau kata-kata yang diucapkan dalam dialog film.
Cara mengatasi perilaku perundungan membutuhkan keterlibatan dan keseriusan dari orangtua.
"Bangun kedekatan emosional melalui aktivitas yang dilakukan bersama dan menanamkan rasa empati pada anak," ujarnya.
Anak juga sebaiknya diajarkan mengenai perilaku perundungan yang merugikan bagi banyak orang.
Anak harus diberikan edukasi mengenai perundungan sejak dini. Hal ini bisa terjadi apabila orang tua memiliki pola asuh yang benar yakni tidak melibatkan kekerasan verbal dan fisik.
Jadi pola asuh yang harus diperbaiki dulu untuk mengatasi dan menangani anak yang pelaku perundungan," ujar Jane.
Mulailah untuk mengekspresikan kasih sayang dan penerimaan kepada anak. Jadilah pendengar yang baik pada anak.
Bagi anak yang menjadi pelaku perundungan, dia harus harus diingatkan dan disadarkan bahwa yang tidak bisa diterima adalah "perilaku" nya bukan dia sebagai pribadi, sehingga dalam proses pemulihannya, dia tetap merasa diterima, dicintai, dan diperhatikan.
Pada kasus tertentu, anak yang menjadi pelaku perundungan harus mendapatkan bantuan psikolog.
"Sesegera mungkin harus berkonsultasi dengan psikolog, karena makin dini penanganan yang diberikan, makin optimal hasilnya," ujar Jane lagi.
Psikolog pada umumnya tidak hanya fokus pada anak, tetapi juga pada orang tua mengenai pola asuh, perilaku orang tua, dan hubungan dalam keluarga.
Penanganan dari psikolog biasanya dapat dilakukan melalui sesi konseling, serta terapi cognitive behaviour therapy (CBT).