Bisnis.com, JAKARTA – Marvel Cinematic Universe adalah jagat sinema kumpulan film superhero Hollywood, yang didistribusikan oleh banyak rumah produksi, seperti Columbia Pictures, Paramount Pictures, New Line Cinema, 20th Century Fox, Sony Pictures hingga The Walt Disney Studios.
Tidak ada yang menyangka, sejak film Iron Man dirilis tahun 2008, yang merupakan debut awal Marvel Cinematic Universe, rumah produksi tersebut kini memimpin pasar perfilman dunia.
Tepat pada 2009, The Walt Disney Studios berhasil mengakuisisi Marvel Studios beserta mayoritas film superheronya di angka US$ 4 miliar, yang kini menghasilkan berkali lipat keuntungan.
Sayangnya, Disney belum bisa mengambil lisensi dari film Spider-Man yang sudah lama dimiliki hak ciptanya oleh Sony Pictures, sehingga muncul isu baru yang menegaskan Spider-Man akan keluar dari Marvel Cinematic Universe.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut 5 hal yang membuat Sony Pictures bertahan dengan film Spider-Man.
1. Sony sudah memiliki hak cipta Spider-Man sejak tahun 1999
Sony Pictures sudah memiliki lisensi atas Spider-Man sejak tahun 1999 dalam bentuk buku komik. Sejak saat itu, Sony Pictures mulai memproduksi berbagai film Spider-Man hingga tahun ini.
Meski pada tahun 2015, Sony sepakat untuk berunding dengan Marvel untuk bekerjasama dalam memproduseri film individual dan beberapa penampilan cameo-nya dalam film-film Marvel, nyatanya Sony tidak benar-benar ingin memberikan sebagian keuntungannya pihak Marvel.
Langkah akhir yang diambil Marvel, dan Disney sebagai distributor film, adalah mendepak Spider-Man dari Marvel Cinematic Universe.
2. The Walt Disney Belum Akuisisi Sony Pictures
Tidak seperti dalam kasus X-Men, ketika The Walt Disney Studios berhasil mengakuisisi 20th Century Fox dan membeli semua lisensi filmnya, Disney belum berhasil mengakuisisi Sony Pictures sebagai pemegang lisensi film Spider-Man.
Sebelumnya, rumor menyebut Apple yang akan mengakuisisi Sony. Namun hingga saat ini belum terbukti kebenarannya.
Mengakuisisi Sony memang terlihat sebagai keputusan riskan bagi Disney, karena selain Spider-Man, Disney diharuskan membeli lisensi film The Karate Kid, Jumanji, Men in the Black, Ghostbusters dan banyak lagi yang pastinya akan merogoh kocek yang dalam.
3. Disney meminta pembagian keuntungan yang terlalu besar
Sebelumnya, Marvel hanya menerima keuntungan 5 persen dari total keseluruhan keuntungan film Spider-Man.
Pada tahun 2015, Sony juga berbaik hati dengan menyepakati penanggungan semua biaya produksi film dengan pembagian keuntungan seperti pada tahun sebelumnya, dengan catatan Marvel mendapat seluruh laba penjualan merchandise serba Spider-Man.
Belakangan, Marvel meminta pembagian yang lebih besar yakni 50 persen keuntungan penjualan film yang langsung ditolak mentah-mentah oleh pihak perusahaan film asal Jepang tersebut.
4. Film-film Spider-Man selalu box office
Mungkin banyak yang tidak tahu kalau Spider-Man sudah memiliki film sendiri sejak tahun 1977, sehingga sebenarnya sosok Spider-Man sudah memiliki ekosistem perfilmannya sendiri sejak lama.
Film Spider-Man pada tahun 2002 menjadi awal kebangkitannya, terlihat dari berbagai prestasi box office.
Salah satu contohnya, film individualnya Spider-Man: Far From Home yang dirilis tahun ini, berhasil membukukan pendapatan USD$1,1 milyar, sehingga rasanya lumrah jika Sony menolak kesepakatan bagi hasil sama besar dengan Marvel untuk produksi film Spider-Man selanjutnya.
5. Sony berencana memproduksi Spider-Man Mini Universe
Baru-baru ini Sony Pictures mengungkap pihaknya sedang berencana memproduksi Spider-Man mini universe dengan pemain andalannya Tom Holland, Tom Hardy sebagai Venom, dan beberapa musuh Spider-Man lainnya.
Jon Watts dipastikan masih akan menyutradarai film ini, namun tanpa kontribusi Kevin Feige, President Marvel, yang duduk di meja produser.