Bisnis.com, JAKARTA—Pola makan yang buruk ternyata dapat membuat gejala depresi makin berat. Para ahli dalam penelitian mengungkapkan bahwa mengubah pola diet yang lebih sehat dapat mengurangi gejala depresi. Hal ini diungkap dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah PloS ONE 2019.
Dalam uji coba secara acak, penelitian memantau pria dan perempuan penderita depresi berusia 17-35 di Australia. Dalam penelitian itu terungkap bahwa para responden yang telah melakukan peralihan diet yang lebih sehat mengalami penurunan gejala depresi setelah tiga minggu. Ketika mereka mempertahankan pola makan sehat selama tiga bulan, penderita depresi merasa lebih kondisinya menjadi lebih baik.
“Perubahan pola makan demi mengatasi gejala depresi lebih hemat daripada obat-obatan, dan merupakan aspek perawatan yang dapat dikontrol oleh individu,” kata peneliti Heather Francis dari Macquarie University di Sydney, Australia. Dia mengatakan bahwa pola makan yang sehat dapat dijadikan salah satu pendukung dalam terapi untuk memperbaiki gejala depresi.
Francis dan rekannya mempelajari 76 orang yang memiliki skor tinggi dalam skala depresi dan gangguan kecemasan. Mereka juga memantau peserta penelitian yang memiliki skor tertinggi dalam konsumsi lemak dan gula.
Secara acak, semua peserta dibagi menjadi dua kelompok diet yakni satu kelompok memulai perubahan diet sehat dan satu kelompok lagi tidak mengubah dietnya. Kelompok perubahan diet meningkatkan asupan sayuran hingga lima porsi per hari, buah-buahan menjadi dua atau tiga porsi per hari, biji-bijian utuh menjadi tiga porsi per hari, protein tanpa lemak hingga tiga porsi per hari, susu tanpa pemanis hingga tiga porsi per hari, dan ikan tiga porsi per minggu.
Program ini juga merekomendasikan konsumsi harian tiga sendok makan kacang-kacangan dan biji-bijian, dua sendok makan minyak zaitun, dan masing-masing satu sendok teh kunyit dan kayu manis. Peserta juga diminta untuk mengurangi karbohidrat olahan, gula, daging berlemak atau olahan, dan minuman ringan.
Setelah tiga minggu, skor depresi rata-rata telah turun ke kisaran normal dalam kelompok perubahan diet, sementara pada kelompok yang tidak mengubah dietnya gejala depresi tetap meningkat atau parah.
"Depresi adalah gangguan seluruh tubuh, bukan hanya gangguan otak. Depresi berhubungan dengan respons peradangan kronis yang bisa jadi disebabkan oleh pola makan yang buruk,”ujar Francis.
Akan tetapi, penelitian Francis dkk., dinilai bukan sebagai rujukan utama. Perubahan pola diet bisa menjadi pilihan atau alternatif bagi penderita depresi untuk membuat dirinya merasa lebih baik sembari menjalani terapi utama.