Bisnis.com, JAKARTA - Sumber air baku semakin tercemar di Indonesia. Menurut penelitian merebus air sampai mendidih sudah tidak efektif lagi.
Para peneliti dari universitas UNPAD menghitung bakteri dalam air yang telah direbus dan di dalam air dari depot air minum isi ulang di 55 rumah tangga. Mereka menemukan bahwa 45% air isi ulang mengandung bakteri. Sebagian air yang direbus juga masih mengandung bakteri.
"Banyak orang masih berpikir merebus sampai mendidih adalah cara terbaik untuk membunuh bakteri dalam air, tetapi sekarang merebus air sampai mendidih saja tidak cukup", jelaskan Lieselotte Heederik pendiri Nazava Water Filters.
“Ketika air sumur sangat kotor, air perlu mendidih selama 3 menit terutama di kota-kota yang dataran tinggi seperti Bandung. Merebus air sampai mendidih juga menggunakan LPG yang semakin mahal," tambah Lisa.
Dia mengatakan alternatif memakai filter air yang mengubah air sumur kotor, air keran/ PDAM, air hujan, dan air sungai menjadi air yang aman untuk diminum tanpa perlu direbus terlebih dahulu bisa digunakan masyarakat untuk membunuh bakteri yang ada di dalam air tersebut.
Berdasarkan data Journal of International Dental and Medical Research Perbandingan Kualitas Air Minum yang dilakukan di Unpad menyebutkan di negara-negara berkembang, metode perawatan utama untuk mengubah kelompok dan air ledeng menjadi air minum yang aman termasuk merebus dan menyaring rumah tangga.
Diperkirakan bahwa 1,1 miliar orang atau 21,6% dari sampel populasi berpenghasilan menengah ke bawah masih menggunakan perebusan. Metode pengolahan air konvensional ini mensyaratkan bahwa air dipanaskan pada 60-100 ° C untuk memastikan inaktivasi patogen mikrobiologis. Namun, metode ini tidak secara efektif menghilangkan semua kontaminasi bahan kimia.
Jurnal itu juga menyebutkan filtrasi rumah tangga menjadi semakin populer karena lebih praktis dan efektif untuk memurnikan air yang sangat keruh dan lebih efektif menghilangkan patogen dibandingkan dengan metode ultraviolet, koagulasi, atau desinfeksi kimia. Namun, penggunaan air minum dalam kemasan sebagai sumber alternatif air minum telah meningkat karena kenyamanan dan keterjangkauan.
Dengan air minum dalam kemasan bermerek yang relatif mahal untuk populasi berpenghasilan menengah ke bawah, air isi ulang telah menjadi pilihan alternatif karena harganya tiga kali lebih murah daripada air minum dalam kemasan bermerek.