Bisnis.com, JAKARTA--Setelah 500 tahun kepergian Leonardo Da Vinci, karya-karyanya masih meninggalkan jejak seni yang abadi.
Karya-karya sang maestro kini dihadirkan dengan format high definition digital imaging dengan skala yang sesuai dengan ukuran aslinya. Lukisan-lukisan ini disajikan dalam pameran Leonardo Opera Omnia.
Pameran ini menampilkan 17 reproduksi maha karya Leonardo da Vinci termasuk lukisan Mona Lisa dan The Last Supper yang dihadirkan dengan format high-definition digital imaging dan skala sesuai ukuran aslinya.
Butuh waktu 5 tahun bagi kurator, untuk mengumpulkan 17 karya Leonardo yang tersebar di berbagai negara di dunia mulai dari Paris, Milan hingga Amerika Serikat.
Prosesnya juga tidak mudah. Pengambilan gambar untuk setiap lukisan harus melewati sistem keamanan berlapis serta perizinan yang rumit. Satu persatu lapisan pelindung lukisan asli dibuka, dilepas dari bingkainya, untuk kemudian direproduksi secara digital.
Beberapa replika lukisan berukuran kecil dibawa serta dengan bingkai. Namun, khusus untuk The Last Supper, yang berukuran 4,6 meter x 8,8 meter, dikemas dalam gulungan agar memudahkan proses instalasi.
Pameran ini menggunakan teknik pencahayaan yang unik. Jika biasanya cahaya datang dari arah depan lukisan, kali ini setiap bingkai dan instalasi lukisan dilengkapi dengan lampu LED di bagian belakang.
Menurut Konsultan Rai Com Project Matteo Ive, cara ini akan mengurangi efek pantulan cahaya pada lukisan dan memberikan sensasi yang lebih nyata bagi para pengunjung untuk menikmati 17 karya-karya fenomenal Leonardo da Vinci.
Direktur Institut Kebudayaan Italia di Jakarta Maria Battaglia mengatakan bahwa mengingat kondisi seluruh warisan artistik Leonardo da Vinci yang tersebar di berbagai museum, gereja, dan menjadi koleksi pribadi di seluruh dunia menjadikannya tidak memungkinkan untuk menggelar pameran tunggal dalam skala besar.
Melalui proyek Opera Omnia, maha karya Leonardo dapat dibawa dengan mudah dan dipamerkan dalam berbagai bentuk.
Pameran ini dimulai sejak Februari 2019 dan diselenggarakan di berbagai negara di Eropa, Asia serta Afrika. Sebelum singgah ke Indonesia, di mana Jakarta merupakan destinasi terakhir, pameran ini juga pernah diselenggarakan di beberapa wilayah di Asia seperti Tbilisi, Beijing, Kanton (Guangzhou), Kuala Lumpur dan Yangon.
Leonardo Opera Omnia dipromosikan dan dibiayai oleh Kementerian Luar Negeri dan kerjasama internasional, yang diproduksi oleh Rai Com dan dikuratori oleh Profesor Antonio Paolucci, seorang sejarawan seni Italia.
"Menurut saya ini adalah kesempatan yang unik bagi masyarakat Indonesia untuk secara langsung menyaksikan karya Leonardo meskipun ini adalah replika digital. Teknik yang canggih membuat pengunjung seolah-olah berada di depan karya aslinya," ujar Maria.
Teknik replikasi digital ini, ungkap Ahli Restorasi Lukisan Michaela Anselmin, dipilih sebagai alternatif untuk menjaga kondisi lukisan yang umurnya sudah ratusan tahun agar tidak rusak akibat perubahan suhu dan iklim di sekitarnya.
Pameran ini juga merupakan rangkaian dari perayaan 70 tahun hubungan bilateral antara Italia dengan Indonesia. Duta Besar Italia untuk Indonesia Vittorio Sandalli mengatakan bahwa Opera Omnia menunjukkan realita sosial di Italia saat ini yang menggambarkan keterkaitan seni dengan teknologi.
Replika dari karya-karya Leonardo seperti The Annunciation (1470), Adoration of the Magi (1481), Lady with an Ermine (1488), Mona Lisa (1501-1503), hingga mural The Last Supper (1498) bisa Anda saksikan sendiri di Museum Mandiri, Jakarta, mulai 6 Februari sampai dengan 3 Maret 2020.