Bisnis.com, JAKARTA - Paparan radiasi zat radioaktif Cesium 137 (Cs-137) ditemukan di lingkungan area tanah kosong di samping lapangan voli Blok J Perumahan Batan Indah Serpong Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) saat ini tengah melakukan investigasi dengan mendata pemilik bahan radioaktif Cesium 137 di Indonesia untuk menemukan pelaku pembuangan limbah Cs-137 tersebut di permukiman warga.
Spesialis kedokteran nuklir menyebut efek terpapar zat radioaktif bisa menyebabkan dampak akut, seperti mual muntah dan juga efek jangka panjang berupa mutasi genetik, seperti munculnya sel kanker.
Baca Juga Apa Itu Crossfit? Kenali Manfaat dan Risiko Olahraga yang Dilakukan Ashraf Sinclair sebelum Meningga |
---|
Dokter spesialis kedokteran nuklir dari RS MRCCC Siloam Semanggi Jakarta, dr. Ryan Yudistiro, Sp.KN M.Kes menjelaskan efek jangka panjang dari paparan radioaktif lebih berbahaya ketimbang efek akut.
"Efek radiasi kalau terpapar dalam jumlah besar, lama, dan dekat satu efek akut atau efek segera. Begitu terpapar, paling sering dikeluhkan mual, muntah, pusing, sakit kepala, lemas, sampai mata merah, kulit merah, ada luka bakar, bahkan ada yang meninggal," katanya, Selasa (18/2/2020).
Dia mencontohkan penyebaran zat radioaktif seperti yang terjadi di Chernobyl, Ukraina, dan Fukushima, Jepang, akibat reaktor yang meledak bisa menelan korban jiwa. Namun, ia menekankan efek jangka panjang dari paparan radioaktif lebih berbahaya karena tidak bisa diprediksi kapan akan muncul dampaknya.
"Ini yang paling berbahaya karena kita tidak tahu kapan itu bisa terjadi. Radiasi itu bisa merusak sel DNA dan bisa terjadi mutasi genetik. Mutasi genetik ini yang kita enggak bisa prediksi kapan munculnya, salah satu akibat dari mutasi genetik itu muncul sel kanker," kata Ryan.
Ia mengatakan kanker yang paling sering terjadi akibat radiasi adalah kanker tiroid, namun tidak menutup kemungkinan juga sel kanker jenis lain, seperti kanker darah dan sebagainya.
Ryan menjelaskan ada tiga faktor yang memengaruhi paparan radiasi radioaktif kepada tubuh manusia, yaitu besarnya jumlah radiasi, lamanya paparan radiasi, dan seberapa dekat paparan radioaktif itu terjadi. Jika semakin besar jumlah paparan radiasi, semakin lama terpapar radiasi, dan jarak yang begitu dekat dengan sumber radiasi maka akan memperbesar dampak negatif yang bisa ditimbulkan bagi kesehatan.
Baca Juga Kapan Wabah Virus Corona Berakhir? |
---|
Beberapa cara agar terhindar dari radiasi adalah dengan menjauhi sumber radiasi sejauh mungkin agar tidak terpapar zat radioaktif. Jika dalam kedokteran nuklir, dokter spesialis kedokteran nuklir biasa memakai proteksi atau alat pelindung diri agar tidak terkena paparan obat radioaktif yang diberikan kepada pasien.
Ia menjelaskan pancaran sinar gelombang radiasi nuklir berbeda-beda dari tiap jenis zat radioaktif. Pancaran sinar radioaktif tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna sehingga tidak bisa dilihat oleh kasat mata.
Orang yang terpapar zat radioaktif pun, kata Ryan Yudistiro, tidak bisa mengetahui dirinya terpapar radiasi nuklir kecuali jika diukur oleh alat khusus untuk mengukur kandungan radioaktif pada tubuh. Paling tidak, orang yang terpapar radioaktif bisa merasakan efek akut seperti mual dan muntah dan sebagainya.