Bisnis.com, JAKARTA – Perencanaan keuangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan masyarakat luas. Hitung-hitungan dana masuk dan keluar menjadi kunci agar arus kas tetap dan kehidupan berjalan dengan baik.
Implementasi untuk menjaga stabilitas keuangan memang tidak mudah. Untuk itu, banyak orang yang pergi berkonsultasi dengan perencana keuangan bersertifikat yang diharapkan bisa memberi panduan dan rekomendasi yang sesuai dengan keperluan klien.
Dilansir dari Business Insider, Senin (24/2/2020) berikut ini adalah tips keuangan yang dikemukakan oleh para perencana keuangan bersertifikat.
1. Bekerja keras, lalu menghemat sebagian besar uang
Renee Kwok, perencana keuangan tersertifikasi dan CEO TFC Financial di Boston mengungkapkan bahwa setiap orang harus bekerja keras dan menyisihkan sebagian besar uang yang dihasilkan.
Dia menambahkan, berapa banyak uang yang disisihkan juga harus diperhatikan tempat atau sarana penyimpanannya, “Anda tidak bisa mengumpulkan bunga dengan menumpuk uang tunai di dalam amplop di laci meja kamar,” katanya.
Rekening tabungan atau rekening pasar uang seringkali merupakan tempat paling umum seseorang menyimpang sisihan dananya agar dapat tumbuh dan tetap mudah diakses.
Akan tetapi, dia menyampaikan perlu diperhatikan berapa bunga yang bisa didapatkan, karena kalau terlalu rendah nilainya akan hilang seiring dengan inflasi yang terjadi.
2. Selesaikan utang buruk terlebih dahulu
Lauren Anastasio, perencana keuangan tersertifikasi dari SoFI mengatakan bahwa utang bisa menahan laju keuangan. Untuk itu, masyarakat disarankan untuk menempatkan sebanyak mungkin dana sisihan guna membayar utang dan pinjaman dengan bunga tinggi.
“Kami menyebutnya debt fireball method, dan di situlah kami menyerang utang tingkat bunga tertinggi pertama kali. Itu adalah hutang buruk,” katanya.
Setelah utang buruk itu selesai, Anastasio menyarankan untuk lebih banyak menyalurkan penghasilan ke tabungan, bahkan ketika masih ada beberapa hutang lain dengan bunga yang flat. Artinya, bayar utang sesuai dengan tagihan, gunakan untuk keperluan, dan tabung sebanyak mungkin.
3. Kembangkan tujuan tabungan
Luis Rosa, perencana keuangan dari Build a Better Financial Future menyarankan masyarakat mengelola tujuan tabungan dengan metode “bucketing”.
Caranya, setelah mencatat semua pengeluaran tetap dan variabel lain untuk satu bulan, masukkan uang dengan tujuan spesifik misalnya untuk dana liburan, pernikahan, atau muka rumah.
Idealnya, dana tersebut dibuatkan rekening tabungan tersendiri atau yang berbeda dengan tabungan untuk pengeluaran. Setelah diatur terpisah, tentukan berapa banyak tujuan keuangan dan berapa banyak dana yang mampu disalurkan dan buat pengaturan setoran otomatis.
Tinggal konsisten lah menabung untuk tujuan tersebut, seandainya dalam satu bulan pengeluaran bulanan harus lebih besar, maka tabung sisanya untuk prioritas tertinggi yang dipilih.
4. Hindari jebakan gaya hidup
Katie Brewer, perencana keuangan dan pendiri Your Richest Life di Dallas, Texas mengungkapkan bahwa gaya hidup memiliki peranan penting dalam arus kas seseorang.
Menurutnya, menjaga agar pengeluaran tetap masuk akal dan tidak melebihi pemasukan adalah hal yang harus selalu dilakukan. Baiknya, apabila ada kenaikan pemasukan seseorang tidak serta merta harus menaikkan gaya hidupnya.
Akan tetapi, apabila memang harus bergerak ke tingkat yang lebih baik, tetap pegang prinsip bahwa gaya hidup yang dijalani tidak melampaui pemasukan yang diterima. Saran hiduplah di bawah kemampuanmu, merupakan nasihat keuangan yang selalu diulang oleh para perencana keuangan.
5. Jangan menunda beli asuransi jiwa
Jeff Rose, perencana keuangan independen mengatakan bahwa tidak semua orang membutuhkan asuransi jiwa, tetapi jika pemikiran bahwa itu tidak diperlukan karena masih muda, itu merupakan kesalahan besar.
Dia mengungkapkan tujuan dari asuransi jiwa adalah untuk menyediakan mata pencaharian bagi orang lain yang bergantung dengan kita dan bisa berguna untuk membayar utang setelah mati.
“Jika Anda memiliki satu atau lebih orang yang bergantung pada pendapatan Anda, atau kewajiban keuangan lainnya yang mungkin menjadi tanggung jawab orang lain setelah kematian Anda, maka Anda harus memiliki asuransi jiwa,” tandasnya.
Dia menyarakan agar tidak menunda-menunda membeli asuransi jiwa. Cakupan asuransi jiwa tidak bisa dibilang mahal ketika mulai dilakukan pada usia 20an. Anda masih muda dan mungkin dalam kesehatan yang baik, dan itulah waktu terbaik untuk membeli asuransi jiwa.