Bisnis.com, JAKARTA - Jalanan di China menjadi sepi akibat merebaknya virus corona atau COVID-19 pada bulan lalu. Virus ini telah menghentikan toko dan pabrik serta memaksa warganya untuk mengkarantina diri sendiri.
Sisi lainnya, banyak hewan peliharaan yang diabaikan karena pemiliknya tidak ingin atau tidak bisa lagi memelihara mereka di tengah situasi seperti ini.
"Ini sangat memprihatinkan, tempat penampungan hewan di China banyak yang belum berlisensi, hanya dijalankan oleh orang-orang baik dan mereka sudah kewalahan," ujar Mary Peng, pemilik klinik International Center fot Veterinary Services di Beijing, dilansir dari Time, Selasa (4/3/2020).
Meskipun memelihara hewan masih terbilang fenomena baru di China yang dipopulerkan oleh selebriti Fan Bingbing. Estimasinya ada 150 juta hewan peliharaan di negara ini dengan hewan yang paling populer adalah anjing.
Tetapi, dengan adanya ketidakpercayaan dengan pemerintah dikombinasikan dengan berita hoax terkait COVID-19, menjadikan binatang kambing hitam. Karena virus ini dipercaya ditularkan dari hewan.
Krisis hewan ini paling parah ada di Hubei, karena adanya travel restriction sehingga pemilik yang pergi ke luar negeri saat imlek tidak dapat kembali pulang dan mengakibatkan ribuan hewan peliharaan terabaikan, sehingga banyak orang asing yang memjebol apartemen untuk memberi makan dan memelihara hewan-hewan terlantar itu.
Chen, volunteer dari Furry Angels Heaven i Wuhan bercerita bahwa ia telah merawat 36 anjing dan 29 kucing di daam apartemennya yang kecil sejak merebaknya virus. "Saya harus merawat mereka secara iam-diam karena pemerintah hanya membolehkan setiap apartemen merawat 1 anjing."
Ia menyebut pada saat ada orang yang terkena COVID-19 di Wuhan maka otoritas harus membunuh hewan yang ada dirumahnya untuk berjaga-jaga. Situasi saat ini sangat memprihatinkan karena tidak mungkin mengirim peliharaan ke luar negeri.
Chen sudah tau, hanya dalam hitungan hari sampai stok makanan hewan habis, atau otoritas menemukan lusinan peliharaan di apartemennya