Bisnis.com, JAKARTA - Penyakit Infeksi Seksual Menular Sifilis bisa menyerang janin dalam kandungan jika calon ibu tidak melakukan tes.
Menurut Dr. dr. Wresti Indriatmi SpKK(K), M.Epid, Spesialis Kulit dan Kelamin RS Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) umumnya sifilis menular melalui kontak seksual, donor darah atau organ, penggunaan jarum suntik, maupun kontak pada luka terbuka. Namun Sifilis juga menular dalam plasenta pada usia 12 minggu kehamilan jika ibu positif terinfeksi sifilis.
Dia menjelaskan, penularan pada anak adalah saat bayi melewati jalan lahir dari vagina ibu yang terdapat lesi alias luka dari sifilis. Tak hanya itu, sifilis juga masih berpotensi menular melalui darah ibu yang menempel pada kulit anak saat melahirkan.
Oleh sebab itu, Wresti menganjurkan kepada pada ibu hamil melakukan pengecekan maupun tindakan pengobatan jika terindikasi sifilis.
“Jika terbukti sifilis ketika hamil jangan ditunda. Harus segera mendapat pengobatan melalui suntikan,” ujar Wresti beberapa waktu yang lalu.
Wresti menambahkan, bakal pasangan suami dan istri juga penting melakukan tes sifilis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wresti dan data Kementerian Kesehatan, penderita laki-laki saat ini cenderung lebih banyak dibandingkan perempuan.
Wresti menyatakan, ada indikasi peningkatan ini terjadi pada penderita lelaki seks dengan lelaki (LSL). Sementara, sifilis paling mudah menular pada pasangan seksual stadium primer dan sekunder dengan perkiraan 3% sampai 10% ditularkan dalam satu kali hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi.
Oleh sebab itu, metode tes untuk mengecek infeksi sifilis bisa dilakukan dengan pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau darkfield. Selain itu pasien bisa mencoba tes darah. Ada dua jenis yang dianjurkan yakni nontreponemal test dan treponemal test.
Sementara itu, metode pengobatan bisa segera dilakukan bagi pasien yang terinfeksi melalui uji mikroskopik pada usapan lesi atau luka pada kelamin. Hingga saat ini, obat pilihan utama untuk sifilis adalah antibiotik penicillin. Proses penyuntikan dilakukan dalam jumlah dan kurun waktu tertentu, tergantung dari tingkat stadium penderita sifilis.
Wresti juga mengingatkan, sifilis bisa disembuhkan jika pasien memiliki kedisiplinan dalam melakukan pengobatan dan mengubah gaya hidup.
Sebaliknya, penyakit ini bisa kembali menjangkit jika pasien kembali melakukan kebiasaan seksual yang tidak teratur seperti sebelumnya.