Kunyit merupakan tanaman obat/Antara
Health

Manfaat Obat Herbal untuk Tangkal Virus Corona yang Masih Diperdebatkan

Nirmala Aninda
Kamis, 19 Maret 2020 - 12:37
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa waktu lalu sebuah tulisan panjang yang dikirim dari satu kelompok percakapan ke kelompok percakapan lainnya dan sempat viral di beberapa sosial media.

Tulisan ini menyampaikan agar masyarakat tidak mengkonsumsi kunyit dan temulawak yang dikatakan mengandung curcumin.

Zat ini juga disebutkan terbukti meningkatkan ekspresi enzim ACE2 (Angiotensin-converting-enzyme2) yang merupakan reseptor Covid-19, sehingga membuat tubuh lebih mudah menerima Covid-19.

Menanggapi informasi yang sudah tersebar luas ini, melalui unggahan di akun Facebooknya, Dosen Biologi ITB Taufikurrahman dan Dekan Sekolah Farmasi ITB Daryono mengatakan bahwa informasi tersebut berasal dari diskusi internal terhadap tulisan ilmiah dan bacaan lainnya.

"[Ini] masih debatable, diskusinya belum selesai tapi ada teman yang memviralkan," ujarnya seperti dikutip pada Kamis (19/3).

Taufikurrahman menjelaskan bahwa di dalam tulisan ilmiah yang bersumber dari National Center for Biotechnology Information Amerika Serikat membahas dampak curcumin atau temulawak murni terhadap tubuh.

Padahal, menurutnya, kunyit dan temulawak memiliki berbagai macam senyawa lainnya sehingga akan memberikan efek berbeda.

"Hanya utk kehati-hatian kita perlu mewaspadai bahwa untuk mengkonsumsi minuman herbal atau jamu atau mpon-mpon, ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Seperti jumlah atau frekuensi mengkonsumsinya, supaya jangan berlebihan sehingga dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan," ujarnya.

Hingga saat ini belum ada pengobatan atau langkah antisipasi yang dipastikan dapat mencegah penularan dan menyembuhkan virus corona terhadap manusia.

Tidak hanya di Indonesia, masyarakat China, lokasi di mana infeksi virus pertama kali dilaporkan, pengobatan alternatif juga dijadikan opsi pilihan untuk menguatkan imunitas tubuh.

Salah satu bahan herbal yang sedang diuji di China adalah shuanghuanglian, obat herbal Cina yang mengandung ekstrak dari buah kering lianqiao (Forsythiae fructus), yang konon telah digunakan untuk mengobati infeksi selama lebih dari 2.000 tahun.

Namun hal ini juga masih diperdebatkan.

Sejak wabah dimulai di kota Wuhan pada bulan Desember 2019, China dihadapkan dengan jumlah besar kasus infeksi.

Hingga hari ini mereka telah berhasil merawat ribuan orang dengan pengobatan tradisional. CNN mengutip sebuah laporan dari Kementerian Sains dan Teknologi China bulan lalu yang mengatakan lebih dari 85% pasien virus corona, atau sekitar 60.000 orang, di China dirawat dengan campuran obat herbal dan obat antivirus mainstream.

Penulis : Nirmala Aninda
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro