Buah-buahan mengandung nutrisi yang baik bagi tubuh. Namun, ada beberapa buah yang terlarang bagi penyakit tertentu./Boldsky
Health

Obat Corona, Selain Chloroquine Vitamin C Bantu Pasien Sembuh

JIBI
Kamis, 26 Maret 2020 - 09:50
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Rumah sakit terbesar di negara bagian New York, Amerika Serikat, memberikan dosis besar vitamin C kepada pasien virus corona Covid-19. Berdasarkan laporan, vitamin C dapat membantu orang-orang di China yang terinfeksi virus itu.

Andrew G. Weber, seorang ahli paru dan spesialis perawatan kritis yang berafiliasi dengan dua fasilitas Northwell Health di Long Island, mengatakan pasien perawatan intensif dengan virus corona segera menerima 1.500 miligram infus vitamin C.

“Jumlah identik dari antioksidan kuat itu kemudian diberikan kembali tiga atau empat kali sehari,” ujar Weber, seperti dikutip laman New York Post, Selasa (24/3/2020).

Setiap dosis itu lebih dari 16 kali nutrisi vitamin C harian yang direkomendasikan National Institute of Health, yaitu 90 miligram untuk pria dewasa dan 75 miligram untuk wanita dewasa.

Namun, Weber menerangkan bahwa pemberian vitamin itu didasarkan pada perawatan eksperimental yang diberikan kepada orang dengan virus corona di Shanghai, China.

"Pasien yang menerima vitamin C secara signifikan lebih baik daripada mereka yang tidak mendapatkan vitamin C," katanya.

“Ini sangat membantu, tetapi tidak disorot karena itu bukan obat yang menarik,” ujarnya.

Weber menjelaskan, vitamin C diberikan di samping obat-obatan seperti obat antimalaria hydroxychloroquine, antibiotik azithromycin, obat biologik dan pengencer darah.

Pria 34 tahun itu mengatakan, kadar vitamin C pada pasien virus corona turun secara dramatis ketika mereka menderita sepsis, respons peradangan yang terjadi ketika tubuh mereka bereaksi berlebihan terhadap infeksi.

"Sangat masuk akal di dunia untuk mencoba dan mempertahankan tingkat vitamin C ini," tutur Weber.

Sebuah uji klinis efektivitas infus vitamin C pada pasien virus corona dimulai 14 Februari di Rumah Sakit Zhongnan di Wuhan, China, pusat pandemi.

Penelitian acak itu, melibatkan sekitar 140 peserta dan diperkirakan akan selesai pada 30 September, menurut informasi yang diunggah di situs web Perpustakaan Kedokteran Nasional AS.

 

 

Penulis : JIBI
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.Co
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro