Bisnis.com, JAKARTA - Virus corona (Covid-19) yang mulai merebak di Wuhan beberapa waktu lalu, menggemparkan seluruh penghuni bumi. Banyaknya foto-foto petugas medis di China menjadi santapan di media sosial.
Ada cerita sedih apakah dibalik pandemi virus corona di China dari kacamata staf medis yang menangani? Xiang Lu adalah salah satu dari ribuan dokter China yang dikirim untuk memerangi wabah Covid-19 di provinsi, saat mencapai puncaknya.
Sejak wabah asli virus Corona di Hubei, Cina, pada akhir Januari, 346 tim medis, dari 29 Provinsi di Cina, telah dikirim ke Hubei untuk menyelamatkan nyawa, membantu tim medis lokal.
Rumah sakit yang tempat Xiang berada adalah Rumah Sakit Afiliasi Yifu dari Universitas Kedokteran Nanjing, pada 24 Januari tepat sebelum Tahun Baru Imlek, waktu yang paling penting bagi orang untuk kembali ke rumah dan bersatu kembali dengan keluarga, ia mendapatkan pemberitahuan untuk pergi menjadi bantuan ke rumah sakit lain.
“Begitu banyak staf medis yang secara sukarela pergi, sehingga mereka harus dimasukkan dalam daftar tunggu. Angkatan medis pertama, enam dokter dan perawat, dikirim dari rumah sakit kami pada 25 Januari. Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun, saya sangat ingin berkontribusi di garis depan, tetapi tingkat keparahan dan skala besar epidemi juga menakutkan," ujarnya dikutip dari www.news.un.org, Senin (30/3/2020).
"Saya akhirnya mendapat telepon untuk pergi pada 10 Februari, dan saya diberitahu bahwa saya akan memimpin tim ke kota Huangshi. Dalam waktu kurang dari 24 jam, saya harus membentuk tim medis sementara yang terdiri dari 310 orang dari selusin rumah sakit, jadi saya benar-benar terdesak."
Pada saat itu, epidemi di Huangshi mendekati puncaknya. Pada saat tim medis tiba, ada hampir 800 pasien, termasuk sekitar 100 dalam kondisi kritis. Staf medis sangat lelah, dan ada kekurangan bahan pelindung. Jelas, tim medisnya telah tiba pada waktu yang paling sulit dan periode paling intens dari pertempuran melawan virus.
1. Tidak ada waktu untuk makan
Selama dua minggu pertama,ia bekerja hampir sepanjang waktu. Nyaris tidak ada waktu untuk makan, apalagi untuk menghubungi keluarga. Xiang juga merenovasi rumah sakit untuk menambah jumlah tempat tidur, dan memusatkan pasien kritis di salah satu rumah sakit dengan perlengkapan terbaik.
"Saya bahkan bekerja sebagai tukang kayu sementara untuk mengubah bangsal umum menjadi bangsal perawatan intensif yang memenuhi standar nasional dalam semalam!," katanya.
Meskipun tidak ada obat untuk menyembuhkan Covid-19, pengalaman saya adalah bahwa penting untuk mendiagnosis dan berupaya merawat pasien sedini mungkin. Saya telah melihat beberapa kasus yang menggembirakan: seorang pasien 93 tahun dalam kondisi kritis pulih, dan pasien lain dikeluarkan dari rumah sakit setelah dua kali intubasi ventilator.
2. Dokter tidak takut kesulitan, tetapi takut kesalahpahaman
Sejak awal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi internasional membuat penilaian obyektif tentang perjuangan China melawan epidemi dan membuat keputusan yang benar. Ini adalah tanda solidaritas dan dukungan.
"Tidak disalahpahami oleh orang lain, saya pikir, adalah hal yang paling penting. Sebagai dokter, kami tidak takut kesulitan, kami tidak takut kelelahan. Tetapi kami berharap orang-orang dapat memahami kami dengan cara yang benar, terutama di masa-masa sulit seperti ini," katanya
3. Jangan Panik!
Minggu depan, Lu Xiang dan Tim akan menyelesaikan misinya dan kembali ke rumah. Dia senang mengatakan bahwa tidak ada anggota tim medis dan staf medis lokal yang terinfeksi.
"Untuk masyarakat umum, pesan utama saya adalah jangan panik!. Ketika Wuhan melihat peningkatan besar dalam kasus, banyak orang panik, dan berbondong-bondong ke rumah sakit, yang menyebabkan infeksi silang. Jadi, tetap tenang, dan tetap di dalam ruangan kapan saja memungkinkan. Ini adalah pengalaman terpenting yang ingin saya bagikan."