Bisnis.com, JAKARTA - Pameran produk home decor masih sangat bergantung pada pameran untuk memasarkan produk karena konsumen yang ingin memegang barang secara fisik ketimbang melihat dari gambar.
Regina Kindangen, Wakil Ketua Industri Kecil dan Menengah Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia ini menjelaskan, kondisi tersebut menjadi salah satu alasan pemasaran produk home decor secara online tidak seagresif secara offline.
Selain keinginan konsumen memegang fisik barang, dari sisi ritel pameran sangat efektif untuk mendorong business matching dan B2B. Alhasil menjadi sangat perlu pembeli datang ke pameran bertemu penjual, bertemu produk yang baru.
Meski demikian ada syarat pameran yang cocok harapan exhibitor. Salah satunya, pameran home décor ini harus direncanakan dan diimplementasi jelas dan sesuai target pasar.
“Tentukan lokasi yang tepat karena produk membutuhkan suatu infrastruktur yang menarik. Perlu ada kenaikan nilai tambah maka kita dapat pameran yang lokasi bagus” ujar Regina kepada Bisnis, beberapa waktu yang lalu.
Selain itu dari sisi biaya, Regina beranggapan tidak bisa stand pameran memasang biaya terlalu tinggi. Dia beralasan return of investment (ROI) dari pameran memakan waktu yang lama.
Oleh sebab itu, cara efektif selain pameran di Jakarta adalah membuat pembeli bisa berelasi dengan baik dengan penjual. Selain itu juga pameran dihadirkan harus sesuai kategori produk sehingga pembeli lebih fokus.
Sebagai pemilik Nancy Craft Co, Regina menilai home decor adalah industri unggulan Indonesia yang banyak menyerap tenaga kerja dan mendorong perekonomian.
Tak hanya itu, muatan lokal dalam produk home décor Indonesia juga sangat tinggi, sehingga multiplier effect juga tinggi dari bahan baku, rantai pasokan, sampai barang jadi. Meski demikian, dia tak menampik bahwa pelaku industri mebel dan kreatif butuh insentif, tujuannya untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai tambah produk buatan Indonesia.
Sebagai contoh pada industri furniture, pemerintah sudah memberikan subsidi pembelian mesin. Regina pun berharap kebijakan sejenis diberlakukan pula dalam industri produk kreatif misalnya dengan penyaluran modal untuk meningkatkan area kerja produksi dan pengembangan teknologi.
Regina meyakini Indonesia yang kaya bahan baku perlu dijaga keberadaannya untuk industri dalam negeri. Caranya, dengan stimulus ekonomi sangat membantu dan bisa berlaku di luar masa Covid. "Penyelundupan bahan baku juga perlu perhatian pemerintah,” tuturnya.