Bisnis.com, JAKARTA -- Ketika para peneliti dan pengamat berbicara tentang perubahan iklim, mereka sering menggunakan analogi katak yang duduk di panci berisi air yang mendidih secara perlahan. Si katak tidak menyadari ada bahaya di sekitarnya sampai semuanya terlambat.
Dengan merebaknya virus corona, seolah-olah kita semua telah dilemparkan ke tong besar berisi air mendidih dan tidak punya pilihan, selain memahami dan menghadapi krisis secara langsung.
Di Rwanda, setelah hampir 4 bulan memerangi virus, banyak profesional yang dapat beralih dari keadaan syok, panik, dan ketakutan menjadi lebih menerima keadaan tetapi tetap penuh waspada.
Bagaimana pun, tantangan utama ke depan adalah ketidakpastian yang harus diantisipasi.
“Kebanyakan orang lebih suka ketika mereka tahu pasti tentang apa yang akan dihadapi, baik atau buruk, daripada tidak dapat memprediksinya," demikian menurut sebuah penelitian di Nature Communications pada 2016, seperti dikutip melalui media lokal, New Times, Jumat (5/6/2020).
Ketidakpastian ini kemungkinan akan berlanjut untuk setidaknya 1 tahun lagi hingga vaksin yang efektif berhasil dikembangkan, disetujui, diproduksi, dan didistribusikan ke seluruh dunia.
Dengan demikian, baik pemimpin di negara maju maupun berkembang sekarang harus siap menanggapi tantangan secara langsung dengan pendekatan berbeda dari situasi yang pernah dihadapi sebelumnya.
Presiden Rwanda Paul Kagame menyampaikan kepada para pemimpin daerah setempat bahwa di masa-masa sulit seperti ini, pekerjaan mereka akan menjadi lebih menantang.
"Kondisi ini menuntut kita untuk bekerja dengan cara yang tidak konvensional," ujarnya kepada para pemimpin daerah senior yang baru, pada awal Juni ini.
Ketika virus corona pertama kali menyerang Rwanda pada pertengahan Maret, seorang kolumnis merunut delapan kunci kepemimpinan dalam krisis:
1. Tetap sehat
2. Berikan contoh hidup sehat
3. Perlihatkan ketenangan, martabat, otoritas, dan fokus
4. Berkomunikasi secara terbuka dan teratur
5. Tunjukkan empati yang tulus
6. Tunjukkan fleksibilitas dan ketangkasan
7. Berani membuat keputusan sulit
8. Mengambil tindakan tegas
Pedoman ini tentu saja masih berlaku untuk krisis saat ini dan untuk menghadapinya perlu dilakukan beberapa tindakan tambahan guna mempersiapkan masa depan yang tidak pasti.
Dilansir melalui CNN, salah satu tindakan inovatif yang dilakukan oleh pemerintah Rwanda dalam menghadapi virus corona adalah dengan menggunakan robot pintar anti-epidemi.
Robot ini disumbangkan oleh Program Pembangunan PBB (UNDP) ke Pusat Perawatan Kanyinya yang merawat pasien Covid-19 di ibu kota, Kigali.
Robot yang diberi nama Akazuba, Ikirezi, Mwiza, Ngabo, dan Urumuri tersebut mulai ditugaskan sejak akhir Mei lalu.
Mereka akan digunakan untuk skrining suhu massal, memantau status pasien, dan menyimpan catatan medis pasien Covid-19, menurut Kementerian TIK dan Inovasi Rwanda.