Bisnis.com, JAKARTA -- Gejala serangan jantung sebagian besar berasal dari dada tetapi tanda-tanda juga dapat muncul di bagian lain tubuh. Jika Anda telah memperhatikan pola tertentu baru-baru ini, itu mungkin menandakan bahwa Anda berisiko.
Serangan jantung terjadi ketika arteri yang memasok darah dan oksigen ke jantung tersumbat. Acara itu sendiri tiba-tiba tetapi prosenya bertahap. Penyakit jantung koroner (PJK), penyebab utama serangan jantung, adalah suatu kondisi di mana arteri koroner (pembuluh darah utama yang memasok jantung dengan darah) menjadi tersumbat oleh endapan kolesterol.
Kebanyakan orang mengaitkan serangan jantung dengan nyeri dada, tetapi ada gejala yang kurang umum untuk diwaspadai. Menurut British Heart Foundation (BHF), satu tanda peringatan yang kurang diketahui adalah batuk atau mengi yang berlebihan karena penumpukan cairan di paru-paru.
Gejala lain yang kurang umum adalah rasa cemas yang luar biasa (mirip dengan serangan panik).Sebagaimana dijelaskan oleh BHF, nyeri dada atau ketidaknyamanan yang tiba-tiba terjadi dan tidak hilang adalah indikator utama.
"Mungkin terasa seperti tekanan, meremas atau berat di dada Anda," catat situs kesehatan, dikutip dari Express.co.uk, Selasa (9/6/2020).
Rasa sakit itu juga bisa menjalar ke lengan kiri atau kanan atau menyebar ke leher, rahang, punggung, atau perut. Penting untuk diketahui bahwa tidak semua orang mengalami nyeri dada yang parah.Ini khususnya terjadi pada banyak wanita, catat NHS.
"Rasa sakitnya sering ringan dan disalah artikan sebagai gangguan pencernaan," jelas situs kesehatan itu. Faktanya, itu adalah kombinasi dari gejala yang penting dalam menentukan apakah seseorang mengalami serangan jantung dan bukan keparahan nyeri dada, tambahnya.
Bagaimana mencegah serangan jantung
Membuat keputusan gaya hidup sehat, seperti makan makanan yang sehat, seimbang dan berolahraga secara teratur adalah cara pasti untuk mengurangi resiko serangan jantung. Ada juga faktor risiko yang kurang diketahui untuk diperhatikan.
Penelitian menunjukkan bahwa terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur dapat meningkatkan risiko Anda. Sebuah studi dalam Journal of American College of Cardiology menemukan bahwa di antara orang berusia 40 hingga 69 tahun, mereka yang tidur kurang dari enam jam per malam memiliki risiko 20 persen lebih tinggi mengalami serangan jantung pertama dibandingkan dengan mereka yang tidur enam hingga sembilan jam. Namun, mereka yang tidur lebih dari sembilan jam memiliki risiko 34 persen lebih tinggi.
Harvard Health menjelaskan: "Stres kronis dapat meningkatkan peradangan di tubuh Anda, yang pada gilirannya dapat meningkatkan tekanan darah tinggi dan menurunkan kolesterol" HDL "yang baik." Kolesterol HDL menurunkan risiko penyakit jantung.