Orang dengan sakit lupus tidak boleh stres/Boldsky.com
Health

Penderita Lupus Wajib Hindari Stres

Desyinta Nuraini
Kamis, 18 Juni 2020 - 16:21
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam pengobatan orang dengan Lupus, kerap kali melibatkan para psikolog. Hal ini lantaran mayoritas kepercayaan diri mereka turun setelah didiagnosis penyakit tersebut.

Dosen Fakultas Psikologi dari Universitas Indonesia Dra. Ratna Djuwita mengatakan Lupus biasanya diderita para remaja. Dalam tahap ini, mereka tengah berada dalam fase pengenalan diri dan banyak bersosialisasi. Fisik menjadi salah satu hal penting bagi para remaja.

Sementara mereka yang terkena Lupus, akan timbul ruam di wajah maupun badan, rambutnya rontok, dan badan menjadi lebih kurus. Hal tersebut tentu akan menurunkan kepercayaan dirinya. Belum lagi, odapus tidak bisa berkegiatan seperti teman-temannya yang lain terutama karena mereka sensitif terhadap paparan sinar matahari.

"Selain menderita karena penyakitnya, dia tambah stres," sebut Ratna kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Dalam posisi ini, peran keluarga dan teman sangat penting untuk menumbuhkan kembali semangat diri odapus. "Dari keluarga membesarkan hati. Pasti ada masa up and down. Ketika sedang down, sedih nggak bisa ikut kegiatan seperti teman-temannya, itu dibesarkan hatinya," tuturnya.

Ketenangan jiwa, kedamaian hati, dan mau menerima kenyataan mereka menderita Lupus sangat penting. Odapus harus berpikir bahwa penyakit seribu wajah itu bukan akhir dari segalanya. Dengan demikian, kondisinya diyakini akan berangsur pulih.

Ratna yang juga menderita Lupus namun dalam masa remisi karena sudah tidak minum obat sejak 2004 lalu ini menyarankan agar pasien selain mencari dukungan keluarga dan teman, perlu bergabung dengan support group Lupus.

Melalui komunitas itu, mereka akan bertemu penyandang lupus yang sudah melewati masa akut, dan bisa berkegiatan normal kembali. Bahkan tak sedikit mereka yang berumur panjang dan dalam kondisi yang sangat fit.

"Sesama pasien Lupus itu, kita ngomong dari pengalaman. Di support group kita yakin bahwa dia pernah mengalami dan survive. Kepercayaan, keyakinan kita (untuk sembuh), meningkat," tuturnya.

Namun bila semua itu dirasa kurang, Ratna mengatakan dukungan lain seperti dari psikolog atau tenaga profesional juga diperlukan.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro