Bisnis.com, JAKARTA - Kesadaran masyarakat terhadap penyakit Lupus terbilang minim. Sebab gejala yang dialami penderitanya pun terbilang umum seperti demam, lelah, tidak enak badan, hingga ruam di tubuh.
Dalam medis, dikenal tiga jenis lupus, yaitu lupus eritematosus sistemik (LES), lupus diskoid, dan lupus obat. Penyakit yang paling banyak diderita di Indonesia adalah jenis pertama, lupus eritematosus sistemik. Jenis ini bisa menimbulkan komplikasi ke berbagai organ lain.
Lupus bisa menyerang siapa saja, tak terkecuali anak-anak. Konsultan alergi imunologi anak sekaligus anggota IDAI, Reni Ghrahani Dewi Mayangsari mengatakan penyakit lupus menyebabkan sistem imun atau kekebalan tubuh menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh sendiri alias autoimun. Penyakit ini bisa menyerang kulit otak, ginjal, jantung, paru-paru, dan organ vital lainnya.
Biasanya gejala Lupus pada anak-anak berupa demam tanpa sebab yang jelas. Kemudian nyeri otot sendi, ruam pada kulit, yang paling khas berbentuk kupu-kupu. Lalu, menipisnya rambut, cepat lelah, dan sariawan pada bagian atas rongga mulut, hingga sesak nafas. Sering ada kelurahan sensitif terhadap sinar matahari yang berujung pada kemerahan dan iritasi pada kulit.
Lupus sebenarnya bukan penyakit mematikan, selama pengidapnya menjalani perawatan dengan benar. Sayangnya, penyakit tersebut sering telat dideteksi, sehingga terlambat pula untuk mendapatkan pengobatan.
"Penyakit ini disebut penyakit seribu wajah yang bisa menyerupai berbagai penyakit lainnya. Pada penyakit yang progresif, bisa menyebabkan kematian," ujar Reni.
Dia menjelaskan bahwa anak-anak dengan penyakit Lupus terlahir dengan satu potensi genetik menderita penyakit autoimun. Namun munculnya Lupus sendiri dicetuskan oleh kondisi di luar tubuh. Misal sinar matahari, virus tertentu, hingga obat-obatan. "(Lupus hadir) tidak hanya potensi tapi perlu pencetus," imbuhnya.
Lupus biasanya terjadi saat masa reproduksi. Yakni masa remaja dan anak-anak mulai dari usia 9-15 tahun.
Orang dengan lupus (Odapus) memerlukan pengobatan dalam jangka panjang dan optimal. Bila pasien mengikuti program pengobatan dengan baik dan mendapat support yang cukup dari keluarga dan lingkungan sekitar, tentu hasilnya akan baik.
Sebab kata Reni, penyakit Lupus memiliki masa tenang atau masa remisi, tidak lagi harus rutin minum obat karena tidak ada gejala klinis, kondisi tubuh lebih baik dan nyaman. Namun odapus tetap berhati-hati terhadap pencetusnya.
Di masa virus corona (Covid) yang terjadi seperti saat ini, menjadi warning bagi Odapus. Oleh karena itu mereka harus memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah agar tidak terinfeksi virus tersebut.
Reni menerangkan, Odapus yang sedang dalam pengobatan sangat rentan terkena Covid. Sebab obat-obatan yang diminum mereka berpengaruh terhadap penurunan daya tahan tubuh. "Risiko terhadap penyakit apapun bukan hanya Covid. Artinya kewaspadaan harus lebih hati-hati," tegasnya.