Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah pusat hingga daerah tengah gencar melakukan rapid test massal seiring dengan masa transisi PSBB.
Namun tak sedikit pula yang menolak dilakukan rapid test karena khawatir hasilnya tidak akurat. Lantas apakah benar akurasi rapid test lemah?
Spesialis paru dari RS Persahabatan, dr. Erlina Burhan mengatakan kualitas dalam hal ini tingkat akurasi alat rapid test berbeda-beda tergantung pada merknya.
Lagi pula, rapid test tidak akurat untuk mendiagnosis seseorang terinfeksi atau tidak virus corona. "Mungkin (rapid test) untuk skrining," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (23/6/2020).
Oleh karena itu Erlina menyarankan apabila seseorang ingin mengetahui dirinya terinfeksi atau tidak Covid-19, sebaiknya melakukan swab test atau PCR.
Dia melanjutkan rapid test antibody test sebaiknya untuk di kelompok masyarakat tertentu saja.
Dilansir dari situs SehatQ, rapid test corona adalah salah satu jenis pemeriksaan untuk mendeteksi adanya infeksi Covid-19 dalam tubuh. Rapid test corona di Indonesia sendiri menggunakan sampel darah untuk mendeteksi kadar antibodi imunoglobulin terhadap virus dalam tubuh.
Tes cepat corona dilakukan sebagai skrining awal infeksi Covid-19 pada orang yang berisiko tinggi mengalaminya.
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia, pasien dalam pengawasan (PDP) dengan hasil rapid test corona positif perlu dianjurkan ke rumah sakit rujukan Covid-19 guna menjalani pemeriksaan PCR.
Karena itu, rapid test menjadi tes skrining awal dan pemeriksaan PCR tetap menjadi tes konfirmasi dalam mendeteksi Covid-19.