Bisnis.com, JAKARTA - Dalam acara lamaran masyarakat Betawi salah satu seserahan yang kerap dibawa adalah roti buaya.
Adapun roti buaya memiliki makna di budaya Betawi, yakni sebagai ungkapan kesetiaan pasangan yang menikah untuk sehidup-semati. Konon, roti buaya ini terinspirasi perilaku buaya yang hanya kawin sekali sepanjang hidupnya.
Dilansir dari website resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, roti buaya bukan satu-satunya makanan yang jadi simbol jelang pernikahan.
Laksa Betawi merupakan hidangan berkuah yang berwarna kuning dengan aroma yang harum karena penggunaan banyak rempah ke dalamnya. Rempah yang digunakan adalah kunyit, temu mangga, jintan, ketumbar, merica, dan jahe yang ditumbuk hingga halus.
Di antaranya rempah yang paling khas adalah temu mangga. Rempah temu mangga sejenis empon-empon mirip dengan temu kunci tetapi memiliki bentuk empon yang lebih gendut. Saat dibaui, akan tercium aroma seperti aroma daging buah mangga yang masih muda.
Cita rasa dari temu mangga ini pun asam segar dan akan memberikan penyeimbang rasa pekat santan. Bisa dibilang, tanpa penggunaan temu mangga, Laksa Betawi tidak akan komplit cita rasanya.
Bumbu halus ini lalu ditumis hingga harum dan siap untuk diproses lebih lanjut. Tak heran jika rempah-rempah yang cukup banyak membuat pembuatan laksa lebih kompleks.
Semangkuk Laksa Betawi biasanya terdiri atas ketupat bersama dengan bihun yang berwarna putih dan terbuat dari tepung beras. Lalu ke atasnya dituangkan kuah berwarna kuning cerah dengan potongan ayam dan sebagai pelengkapnya adalah taoge pendek alias kecambah, telur rebus, kemangi, dan potongan daun kucai. Laksa Betawi makin nikmat jika disajikan bersama emping, taburan bawang merah goreng, dan sambal cabai rawit merah yang asam pedas.
Kini, ada juga penjual yang melengkapi penyajian Laksa Betawi ini dengan penambahan Semur Betawi ke dalamnya sehingga cita rasanya menjadi lebih manis dan kuahnya akan berwarna kecokelatan.
Laksa Betawi biasanya muncul berkaitan dengan upacara perkawinan orang Betawi. Oleh karena itu biasanya Laksa Betawi disebut juga sebagai Laksa Pengantin.
Saat acara lamaran dalam adat perkawinan Betawi selalu disertakan shie, peti kayu berukir berisi bahan makanan. Peti tersebut merupakan syarat utama upacara lamaran. Bahan makanan yang berada di dalam peti adalah bahan-bahan yang akan digunakan oleh pengantin wanita untuk membuat laksa dan membawanya ke rumah mertua saat tradisi Pulang Tige Ari. Laksa bawaan pengantin wanita tersebut adalah sebagai bukti bahwa pengantin wanita mahir memasak.
Meski demikian ada juga yang mengatakan bahwa Laksa Betawi adalah ungkapan rasa syukur orang tua pengantin laki-laki saat mengetahui bahwa menantu wanitanya masih suci.
Ungkapan rasa syukur tersebut diwujudkan dengan mengirimkan shie, peti berukir berisi bahan makanan, ke rumah besan. Oleh besan, bahan makanan tersebut diolah menjadi laksa. Oleh karena itu, laksa tersebut kerap dinamakan sebagai Laksa Pengantin.
Laksa yang sudah matang lalu dikirimkan ke rumah pengantin laki-laki dan upacara makan laksa dilakukan di kediaman pengantin pria dengan dihadiri oleh keluarga kedua belah pihak.