Bisnis.com, JAKARTA – Hari ini, tepat 4 bulan virus corona penyebab covid-19 mulai menginfeksi Indonesia, terhitung sejak kasus pertama muncul 2 Maret 2020 lalu.
Dalam 4 bulan, akumulasi kasus terkonfirmasi positif Covid terus bertambah dan belum menunjukkan tanda-tanda penurunan atau bahkan berakhir.
Data gugus tugas percepatan penanganan covid-9, hingga 1 Juli 2020 pukul 12.00 WIB ada 57.770 kasus positif dengan 25.595 sembuh dan 2.934 meninggal.
Per 1 Juli kemarin, ada penambahan kasus positif covid-19 sebanyak 1.385 orang. Kasus sembuh bertambah 789 orang dan kasus meninggal bertambah 58 orang.
Sementara itu, total jumlah ODP 45.192 orang, dan PDP 13.296 orang.
Sedangkan total spesimen yang telah diperiksa sebanyak 825.636 spesimen.
Sepanjang 4 bulan terinfeksi, upaya yang dilakukan pemerintah adalah terus menambah tes rapid dan PCR bagi mereka yang diduga terinfeksi. Bahkan, inisiatif pun datang secara mandiri baik secara individual ataupun swasta.
Dokter meninggal dunia
Sebagai garda depan penanganan pasien virus corona, dokter menjadi tumpuan dalam perang lawan corona. Selama 4 bulan pandemi di Indonesia, PB IDI mencatat ada 39 dokter yang telah meninggal dunia akibat virus mematikan itu.
Belum lagi, jumlah tenaga medis lainnya yang juga jumlahnya puluhan meninggal dunia.
Laboratorium penelitian dan Rumah Sakit Rujukan
Dalam upaya penanggulangan wabah COVID-19, Kementerian Kesehatan menetapkan sejumlah laboratorium pemeriksaan spesimen virus corona. Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/182/2020 tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Setidaknya ada 66 laboratorium yang akan melakukan penelitian, salah duanya adalah Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dengan wilayah kerja DKI Jakarta, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan wilayah kerja, antara lain RSUP Nasional Dr Cipto Mangunkusumo dan RS Universitas Indonesia.
Tugas dari puluhan laboratorium itu antara lain menerima spesimen untuk pemeriksaan COVID-19 dari rumah sakit atau laboratorium pemeriksa COVID-19, dinas kesehatan, atau laboratorium lain serta mengonfirmasi hasil pemeriksaan positif COVID-19.
Sedangkan Laboratorium Pemeriksaan COVID-19 memiliki tugas, antara lain menerima spesimen untuk pemeriksaan COVID-19 dari rumah sakit atau dinas kesehatan, laboratorium kesehatan lain dan melakukan penjejakan (screening) pada spesimen COVID-19 dengan SOP yang telah ditetapkan.
Sementara itu, LIPI melakukan optimalisasi fasilitas laboratorium Biosafety Level-3 (BSL-3) yang berada di CSC Botanical Garden LIPI, Cibinong untuk deteksi sampel virus terduga SARS-CoV-2.
Laboratorium BSL-3 ini memiliki infrastruktur yang lengkap dan telah bersertifikasi sesuai standar WHO sejak tahun 2018 oleh World BioHaz Tec Pte Ltd. yang diperbarui setiap tahun.
Sejak 20 April 2020 lalu, LIPI telah memulai uji Quantitative Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR) untuk sampel klinis dan telah mendapatan persetujuan dari Kemenkes RI sebagai menjadi laboratorium pemeriksa RT-PCR SARS-CoV2.
Uji ini tidak hanya untuk meningkatkan kapasitas uji nasional, tetapi juga sangat krusial untuk mendapatkan data primer dalam bentuk spesimen dan informasi digital termasuk data whole genome sequencing yang menjadi dasar untuk pengembangan test kit metode baru, obat dan vaksin.
Untuk rumah sakit rujukan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sudah terdapat 755 rumah sakit rujukan Covid-19 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dari total rumah sakit tersebut sebanyak 132 rumah sakit rujukan ditetapkan melalui SK Menteri Kesehatan yakni Kepmenkes nomor 275 tahun 2020 dan 623 rumah sakit ditetapkan melalui SK Gubernur yang ditetapkan per 1 Mei 2020.
Dari seluruh rumah sakit rujukan Covid-19 tersebut, terdapat 166.832 total tempat tidur serta 11.002 tempat tidur isolasi.
Obat dan Vaksin
Selayaknya jenis virus lain, vaksin dinilai akan menjadi kunci dalam memerangi pandemi Covid-19, termasuk di Indonesia. Akan tetapi, pengembangan vaksin memerlukan waktu yang tak sedikit. Bahkan di tataran internasional, belum ada satu vaksin pun yang telah disetujui untuk penggunaan umum.
Di Indonesia, penggunaan obat-obatan yang telah diuji di luar negeri untuk penggunaan terbatas sudah dilakukan. Sejak April lalu, negara kita sudah menjadi bagian dari uji medis WHO yang dikenal dengan Solidarity Trail, terkait pengobatan Covid-19.
Kegiatan ini melibatkan lebih dari 100 negara di bawah naungan WHO untuk mencari treatment efektif pengobatan penyakit pandemi. Ketika itu, ada empat jenis obat yang sedang diuji coba yakni remdesivir, liponavir/ritonavir, liponavir/ritonavir kombinasi interferon beta 1-a, serta klorokuin dan hidroksiklorokuin.
Pada akhir bulan lalu, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto juga mengatakan bahwa rekan sejawatnya sudah menggunakan dexamethasone pada pasien dengan kondisi berat. Penelitian tentang obat tersebut sudah dilakukan para peneliti di Inggris dengan hasil yang positif.
Sebelumnya, obat-obatan seperti klorokuin dan hidroksiklorokuin juga telah digunakan untuk kasus-kasus serupa. Penggunaannya bagi pasien Covid-19 di dalam negeri telah diizinkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dengan izin emergency use authorisation.
Indonesia juga dilaporkan telah mendaftarkan diri untuk mengikuti program uji coba global untuk vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh WHO. Hal tersebu dikatakan oleh Koordinator Nasional WHO Indonesia pada pertengahan Mei.
“WHO akan menyusun protokol [mengenai uji coba vaksin], rasanya sudah final, nanti akan disebarkan. Kita sudah mendaftarkan diri untuk solidarity trial vaccine ini,” katanya seperti dikutip Antara. Kegiatan ini tentunya dilakukan juga untuk percepatan pengembangan vaksin yang aman dan efektif.
Adapun, terkait pengembangan vaksin dalam negeri, pemerintah melalui Menteri Riset dan Teknologi membentuk tim khusus untuk mempercepat pengembangan vaksin Covid-19 pada awal Juni. Tim ini dilaporkan terdiri dari seluruh pihak terkait, hulu hingga hilir.
“Tujuannya adalah kita ingin mendapatkan vaksin dalam waktu relatif cepat agar tidak tertinggal dibanding negara lain. Kemudian kita juga mengembangkan vaksin dari Indonesia sendiri yang diharapkan efektif untuk virus yang beredar di Indonesia,” kata Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro.
Salah satu vaksin yang digadang-gadang sebagai kebanggan buatan dalam negeri saat ini adalah vaksin yang dikembangkan oleh Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman. Lembaga tersebut mengembangkan vaksin menggunakan platform protein rekombinan.
Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio mengatakan pihaknya masih berada di tahapan pertama atau mengembangkan protein rekombinan sebagai sumber antigen virus atau masih dalam tahap untuk mengidentifikasi protein yang nantinya akan diuji coba.
Dia menuturkan salah satu tantangan yang dihadapi adalah keterbatasan pereaksi kimia atau reagen yang stoknya terbatas dan harus dikirim dari luar negeri. Namun demikian, pihaknya optimistis bisa menyelesaikan vaksin virus yang dikembangkan pada Februari 2021 mendatang.
Selain Eijkman, pihak lain yang juga sedang mengembangkan vaksin virus corona Covid-19 adalah PT Bio Farma (Persero) yang bekerja sama dengan Sinovac Biotech Ltd, perusahaan farmasi China untuk pengembangan vaksin umum.
Direktur Utama Bio Frama Honesti Basyir mengatakan bahwa pengembangan vaksin dengan plasmid lokal baru dimulai. Menurutnya, paling cepat uji klinis akan dilakukan pada tahun depan dan masih membutuhkan waktu yang tak sedikit.
Sementara itu, pengembangan vaksin antara perseroan dengan Sinovac akan masuk ke dalam fase tiga pengujian manusia pada awal Semester II/2020. Sebagaimana diketahui, Sinovac telah melakukan uji klinis fase pertama dan kedua di China yang melibatkan 743 relawan.
Inovasi alat bantu
KemenristekBRIN melalui LIPI telah berhasil membuat alat terapi oksigen beraliran tinggi pertama di Indonesia, yang diberi nama Gerlink LIPI High Flow Nasal Cannula – 01 (GLP HFNC-01).
Alat ini, diklaim berguna untuk pasien Covid-19 pada tahap awal, yaitu pasien yang masih dalam kondisi dapat bernafas sendiri dan mencegah pasien gagal nafas. Alat ini lolos uji Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan @KemenkesRI yang dapat diproduksi sebanyak 100 unit per bulan.
Tidak hanya untuk pasien Covid-19, alat ini juga dapat digunakan untuk pasien paru obstruktif kronik, Restrictive Thoracic Diseases (RTD), Obesity Hypoventilation Syndrome 5, deformitas dinding dada, penyakit neuromuskular dan Decompensated Obstructive Sleep Apnea.