Bisnis.com, JAKARTA – Koktail antibodi (antibody cocktail) yang dirancang untuk mencegah mengobati penyakit Covid-19 sekarang memasuki uji klinis tahap akhir.
Ketika terinfeksi Covid-19, tubuh manusia menghasilkan molekul berbentuk Y yang disebut antobodi, yang menempel pada virus dan menandaiunya untuk dihancurkan atau menghambat kemampuannya untuk menginfeksi sel-sel sehat.
Antibodi itu dapat diambil dari pasien Covid-19 yang telah pulih dan disuntikkan kepada pasien yang sakit untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh mereka terhadap virus. Metode pengobatan seperti ini dikenal dengan nama terapi plasma konvensional.
Akan tetapi terapi tersebut memiliki keterbatasan, seperti donasi plasma dari pasien yang berbeda mengandung campuran antibodi yang berbeda pula dan beberapa di antaranya dapat menargetkan Covid-19 lebih efektif dibandingkan yang lain.
Misalnya, beberapa antibodi secara langsung dapat mencegah virus masuk ke dalam sel di tempat pertama. Sementara antibodi yang lain mungkin tidak mencegah infeksi, tetapi mengarahkan molekul kekebalan lain untuk menghancurkan sel yang terinfeksi.
Untuk mengatasi keterbatasan ini dan menghindari mengandalkan pasokan plasma yang terbatas, para peneliti mulai beralih ke antibodi monoklonal, yakni antibodi yang dipilih dengan cermat karena kemampuannya untuk menargetkan patogen tertentu kemudian diproduksi secara massal.
Saat ini, salah satu terapi seperti itu dikenal dengan nama REGN-COV2 yang dilaporkan telah memasuki tahapan uji klinis fase ketiga untuk mengevaluasi apakah pengobatan dapat mencegah infeksi Covid-19 dari orang sehat yang melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi.
Dilansir dari Live Science, Selasa (7/7) ada sekitar 2.000 peserta uji coba di 100 tempat pengetesan di Amerika Serikat yang akan menerima obat atau plasebo tersebut. Hasilnya akan menunjukkan seberapa baik obat bekerja dan mengetahui masalah keamanan yang bisa muncul.
Perusahaan yang mengembangkan obat tersebut adalah Regeneron Pharmaceuticals, sebuah perusahaan bioteknologi. Adapun, uji cobanya bakal dijalankan bersama dengan National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID).
REGN-COV2 mengandung dua antibodi yang menempel dan membantu menetralkan virus corona, menghambat kemampuannya untuk menginfeksi sel-sel sehat. Kedua antibodi mengikat spike protein virus, struktur yang memicu infeksi pada sel manusia.
Para ilmuwan Regeneron menemukan dua antibodi tersebut dengan mempelajari tikus yang dimodifikasi secara genetika dengan sistem kekebalan mirip manusia dan antibodi yang dikumpulkan dari pasien Covid-19.
Uji coba fase ketiga akan memantau berapa banyak peserta yang mengontrak Covid-19 dalam satu bulan pengobatan, menggunakan tes genetika virus, dan evaluasi gejala partisipan. Peserta akan terus dipantau hingga 8 bulan pasca perawatan.
Selain sebagai terapi pencegahan, REGN-COV2 juga akan diuji coba sebagai pengobatan untuk pasien yang sudah sakit. Para paneliti bakal memberikan sukarelawan yang telah terjangkit Covid-19 obat yang sama dan memantau apakah obat mampu mengurangi jumlah virus.
“Kami menjalankan uji coba adaptif simultan untuk bergerak secepat mungkin, guna memberikan solusi potensial untuk mencegah dan mengobati infeksi Covid-19,” kata George Yancopoulos, Co Founder, Presiden, dan Kepala Staf Ilmiah Regeneron.
Dilaporkan bahwa jika Food and Drug Administration (FDA) menyetujui obat pada akhir uji coba fase ketiga, REGN-COV2 akan segera beralih ke fase terakhir, di mana obat itu dapat digunakan secara luas terhadap ribuan pasien yang efek jangka pendek dan panjangnya akan dipantau.