Bisnis.com, JAKARTA – Selama masa pandemi Covid-19, sekolah dianjurkan untuk tutup dan melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Namun, menjelang new normal, beberapa hal harus diperhatikan sebelum anak kembali masuk sekolah.
Dokter Spesialis Anak, Purnama Fitri dari RSUP Fatmawati mengatakan, PJJ kemungkinan masih akan terus dilaksanakan hingga Desember 2020 atau sampai peningkatan kasus Virus Corona di Indonesia benar-benar bisa ditekan.
PJJ saat ini masih dilakukan secara daring dan luring dengan memberikan tugas, dan kurikulumnya sudah disesuaikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Saat ini, jumlah sekolah anak berkisar di angka 50 juta, termasuk yang PAUD dan TK. Sebelum masuk mengantar anak kembali ke sekolah nanti, orang tua perlu mempertimbangan beberapa hal.
Pertama, adalah pastikan untuk pemetaan kasus positif per kelurahan, pemetaan zona sekolah, dan pemetaan tempat tinggal siswa dan guru.
“Pemetaan tempat tinggal siswa dan guru ini yang agak sulit, karena tidak semuanya di satu kelurahan. Kita tidak bisa pastikan apakah di lingkungan anak murid lain atau gurunya masih ada yang terpapar atau tidak,” kata Fitri, Kamis (23/7/2020).
Kemudian, lakukan juga tracing terkait transportasi yang digunakan guru dan murid, apakah pakai kendaraan umum atau pribadi. Selanjutnya, perhatikan kontak fisik antara anak dengan guru, anak dengan anak, dan anak dengan orang lain.
Di sisi lain, PJJ juga menimbulkan masalah baru, yaitu kecandua gadget pada anak, karena anak belajar, mengerjakan tugas dari guru, dan cari hiburan sekarang semuanya melalui gawai.
“Yang harus menjadi perhatian adalah membatasi screen time pada anak, maksimal itu 2 jam,” ungkap Fitri.
Salah satu cara yang paling mungkin dilakukan adalah dengan mengistirahatkan mata 20 menit per sesi dengan melihat ke benda yang jaraknya jauh. Ini bisa menghindari anak rabun jauh karena terlalu lama menatap gawai.
Kemudian, orangtua juga tetap harus mengawasi gadget yang digunakan anak untuk apa. Telusuri aktivitas anak di dunia maya.
“Orangtua tidak boleh gaptek [gagap teknologi], orang tua harus mengerti anak-anak itu menggunakan gadget untuk apa aja, apakah untuk buka Youtube, nontonnya apa, perhatikan apa yang anak lakukan sampai dia jadi sering menggunakan gadget-nya,” tambahnya.
Kalau anak sudah cukup besar, orangtua bisa melakukan komunikasi terbuka. Orangtua bisa membuat kesepakatan bahwa gadget yang diberikan untuk menambah pengetahuan sehingga kalau disalahgunakan anak bisa mendapat sanksi.
“Tapi sanksinya tidak boleh sanksi fisik, misalnya uang jajan dikurangi atau gawainya disita sampai waktu tertentu,” tambahnya.
Orangtua juga bisa mengalihkan perhatian anak dari penggunaan gawai berlebihan dengan melakukan aktivitas fisik bersama di rumah, seperti memasak bersama, membuat kue, atau bisa membersihkan kamar, mencuci peralatan makan dia sendiri, atau peralatan sekolah seperti tas atau sepatu, atau diajak mencuci sepeda motor atau mobil.