Virus corona ketika dicek dengan mikroskop/harvard.edu
Health

Penelitian Vaksin Melalui Hidung Diklaim Efektif Cegah Infeksi Corona pada Tikus

Syaiful Millah
Senin, 24 Agustus 2020 - 12:27
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ilmuwan dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington telah mengembangkan vaksin yang menargetkan virus SARS-CoV-2.

Vaksin ini diberikan melalui hidung dan efektif dalam mencegah infeksi pada tikus yang rentan terhadap virus corona baru.

Para peneliti selanjutnya berencana untuk menguji coba vaksin tersebut ada primata bukan manusia dan manusia untuk melihat apakah vaksin itu aman dan efektif digunakan untuk mencegah infeksi penyakit Covid-19. Studi ini tersedia di jurnal Cell.

Tidak seperti vaksin Covid-19 lain yang sedang dikembangkan, vaksin ini dikirim melalui hidung yang seringkali merupakan tempat awal terjadinya infeksi. Dalam studi baru, para peneliti menemukan bahwa jalur pengiriman melalui hidung menciptakan respons kekebalan yang kuat.

Vaksin itu juga sangat efektif di hidung dan saluran pernapasan, yang diyakini dapat mencegah infeksi sehingga tidak menyebar di dalam tubuh. Para penulis tak menyangka respons kekebalan tubuh kuat dalam sel-sel lapisan dalam hidung dan saluran napas bagian atas.

"Tikus ini terlindung dengan baik dari penyakit. dan pada beberapa tikus, kami melihat bukti kekebalan yang mensterilkan, di mana tidak ada tanda infeksi apa pun setelah tikus dikaitkan dengan virus [corona baru]," kata peneliti seperti dikutip Medicalxpress, Senin (24/8).

Untuk mengembangkan vaksin, para peneliti memasukkan protein lonjakan virus, yang digunakan virus corona untuk menyerang sel, di dalam virus lain yang disebut adenovirus, yang menyebabkan flu biasa. Akan tetapi, para ilmuwan mengubah adenovirus dan membuatnya tidak dapat menyebabkan penyakit.

Adenovirus yang tidak berbahaya membawa protein lonjakan ke hidung, memungkinkan tubuh untuk meningkatkan pertahanan kekebalan terhadap virus SARS-CoV-2 tanpa menjadi sakit. Dalam inovasi lain, vaksin baru menggabungkan dua mutasi ke dalam protein lonjakan yang menstabilkan dan membentuk antibodi.

"Adenovirus adalah dasar dari banyak vaksin untuk Covid-19 dan penyakit menular lainnya seperti virus ebola dan tuberkulosis. Mereka memiliki catatan keamanan dan kemanjuran yang baik, tetapi tidak banyak penelitian yang telah dilakukan dengan pengiriman vaksin dari hidung," kata David T Curiel, Profesor Onkologi Radiasi.

Dia melanjutkan bahwa semua vaksin adenovirus yang sedang dikembangkan dikirim melalui suntikan lengan atau otot paha. Sementara, hidung adalah cara yang baru dan menjadi alternatif lain yang menunjukkan hasil mengejutkan.

Penting juga dipahami bahwa satu dosisnya dapat menghasilkan obat yang kuat. Vaksin yang membutuhkan dua dosis untuk perlindungan penuh kurang efektif karena beberapa orang tidak pernah menerima dosis kedua setelah vaksin pertamanya karena berbagai alasan.

Meskipun ada vaksin influenza yang disebut FluMist yang juga dikirim melalui hidung, tapi ini menggunakan bentuk virus influenza hidup yang dilemahkan dan tidak dapat diberikan kepada kelompok tertentu, termasuk mereka yang sistem kekebalannya terganggu oleh penyakit seperti kanker, diabetes, dan HIV.

Sebaliknya, vaksin intranasal Covid-19 baru dalam penelitian ini tidak menggunakan virus hidup yang mampu bereplikasi, sehingga lebih aman untuk digunakan bagi kelompok orang dengan penyakit tertentu.

Adapun, para peneliti membandingkan vaksin yang diberikan pada tikus dengan dua cara, melalui hidung dan melalui injeksi intramuskular. Meskipun suntikan tersebut memicu respons kekebalan yang mencegah pneumonia, suntikan tidak mencegah infeksi di hidung dan paru-paru.

Vaksin semacam ini memang dapat mengurangi keparahan penyakit Covid-19 pada pasien, tetapi tidak akan sepenuhnya memblokir infeksi atau mencegah individu Terinfeksi. Sebaliknya, jalur pengiriman lewat hidung mencegah infeksi pada saluran pernapasan atas dan bawah.

Para peneliti mengatakan bahwa penelitian ini menjanjikan, tetapi mereka juga memperingatkan bahwa vaksin sejauh ini baru dipelajari pada tikus. Masih ada tahapan panjang yang harus dilakukan untuk benar-benar membuktikan keandalan dan keamanannya untuk digunakan pada manusia.

Penulis : Syaiful Millah
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro