Para peneliti di dunia tengah berlomba untuk menciptakan vaksin virus corona (Covid-19) yang efektif./Euronews
Health

Mutasi Covid-19 Berpengaruh Terhadap Vaksin? Ini Kata Ahli

Desyinta Nuraini
Kamis, 3 September 2020 - 15:47
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Mutasi virus corona disebut tidak akan mempengaruhi pengembangan vaksin yang tengah dilakukan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman saat ini. Itu jikalau mutasi virus tidak mempengaruhi protein pengikat reseptor atau receptor binding domain (RBD), yang menempel pada permukaan sel manusia.

"Selama mutasi tidak mempengaruhi protein yang jadi target vaksin, dia tidak akan mempengaruhi kineja vaksin. Sebaghian besar pengembang vaksin menggunakan RBD dari target," ujar Kepala Lembaga Biologi Molekuler Lembaga Eijkman, Prof. Amin Soebandrio dalam Media Briefing 'Dukungan untuk Percepatan Penelitian Vaksin COVID-19', yang digelar Merck Indonesia, Kamis (3/9/2020).

Para peneliti di Indonesia menemukan strain mutasi virus corona yang dianggap lebih menular, yakni D614G. Adapun jenis ini juga ditemukan di beberapa negara Asia seperti Filipina dan Malaysia. 

Amin menyebut mutasi D614G sejak awal ditemukan kemudian dites di laboratorium ternyata bisa memiliki kecepatan menginfeksi sel manusia lebih cepat. Namun temuan masih ada di laboratorium belum ada pengamatan terhadap manusia atau membuat kasusnya lebih berat. "Belum ada bukti ilmiah yang lebih kuat," imbuhnya.

Andai dalam perkembangannya mutan Covid-19 ini justru mempengaruhi RBD, Amin mengatakan hal tersebut akan diatasi dengan cepat jika Indonesia memiliki fasilitas pendukung penelitian yang baik.

Peneliti LBM Eijkman, R. Tedjo Sasmono  menerangkan selama ini belum ada bukti langsung mutasi Covid-19 yang mempengaruhi efikasi vaksin. D614G tidak dalam bagian aktif reseptor domain virus tersebut. Namun apabila mutasi mempengaruhi RBD, tentu pengembangan vaksin akan dimulai lagi pada ahap awal karena yang dipakai adalah materi genetik baru. Jika sistem sudah dikuasai dan lancar, vaksin yang lama dan materi virus sudah terkarakterisasi dengan baik, semua proses akan berlangsung lebih cepat. 

Peneliti tidak perlu lagi mengoptimasi metode, mengkarakterisasi secara detil. "Begitu ketemu mutasi dan dibuktikan mempengaruhi efikasi, kita tinggal ambil virus baru tersebut, bisa kita klon kembali dan begitu masuk ke vektor ekspresi dia akan mudah," tutur Tedjo. 

Sepakat dengan Amin, selama Indonesia memiliki teknologi pengembangan vaksin, akan mudah melakukan kloning virus dengan mutasi tersebut. "Tanpa itu kita bergantung pada negara lain. Kami mempunyai strainnya nanti, tetapi ketika ada yang harus diganti bahan dasar genetik dari virusnya, ketika punya teknologinya nanti akan mudah, tinggal mengganti saja seperti mengganti kaset," jelasnya.

Selain teknologi yang digunakan di hulu atau peneliti dan akademi, ada juga teknologi di pabrikan yang dibutuhkan. Misal bioreactor dalam jumlah besar untuk produksi di sel mamalia maupun serangga. "Banyak teknologi yang harus kita punya. Indonesia harus punya semua, semakin banyak teknologi yang kita siap akan sangat mempercepat vaksin," tukas Tedjo.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro