Bisnis.com, JAKARTA – Virus corona baru dipercaya dapat memengaruhi sistem muskuloskeletal penyebab nyeri. Mialgia atau nyeri otot telah terdaftar sebagai kemungkinan gejala Covid-19, tapi bagaimana pengaruhnya terhadap otot pasien?
Dilansir dari Express UK, Jumat (13/11/2020) laporan dari World Health Organization (WHO) yang menganalisis 55.924 kasus Covid-19 di laboratorium China menemukan bahwa 14,8 persen pasien melaporkan gejala mialgia dan artralgia atau nyeri sendi.
Angkanya memang lebih sedikit daripada jumlah pasien yang melaporkan demam dengan angka 87,9 persen, batuk kering sebesar 67,7 persen, kelelahan sebesar 38,1 persen, dan sesak napas dengan persentase 18,6 persen.
Namun demikian, angka itu juga lebih tinggi dari gejala umum lain seperti sakit tenggorokan yang memiliki persentase 13,9 persen, sakit kepala dengan 13,6 persen, dan kedinginan sebesar 11,4 persen.
Apa itu Mialgia?
Mialgia digambarkan sebagai nyeri otot yang terkait dengan ligamen, tendon, dan fasia, jaringan lunak yang menghubungkan otot, tulang, dan organ. John Hopkins Medicine menjelaskan cedera, trauma, penggunaan berlebihan, ketegangan, obat, dan penyakit tertentu dapat menyebabkan mialgia.
Sementara itu, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di US National Library of Medicine National Institute of Health, para peneliti menyelidiki mialgia penyebab infeksi Covid-19. Studi itu mencatat mialgia adalah gejala umum pada pasien dengan infeksi Covid-19 dan influenza.
“Nyeri punggung pada Covid-19 biasanya mengindikasikan pneumonia. Mialgia dan kelelahan pada pasien dengan COVID-19 mungkin durasinya lebih lama daripada infeksi virus lainnya dan mungkin tidak responsif terhadap obat penghilang rasa sakit konvensional,” catat studi itu.
Menurut pengamatan para peneliti, ketika viral load berkurang dengan pengobatan virus, nyeri otot bisa berkurang juga. Selain mekanisme klasik mialgia yang dikenal pada infeksi virus, Covid-19 dapat menyebabkan nyeri muskuloskeletal dengan mekanisme yang berbeda.
Penelitian mencatat, Covid-19 masuk ke dalam sel dengan menembus ACE2 pada pH sitosol rendah dan menyebabkan infeksi pada sistem paru. Kehadiran ACE2 juga telah dibuktikan di otak, ginjal, otot polos pembuluh darah, dan otot rangka.
“Virus bisa menyebar melalui aliran darah atau endotel vaskuler dan menyebabkan infeksi di semua jaringan yang mengandung ACE2 seperti jantung dan otak. Karena itu, sistem muskuloskeletal juga dapat mengalami infeksi,” kata para peneliti studi.
Richard Watkins, dokter penyakit menular dan profesor penyakit dalam di Northeast Ohio Medical University, infeksi virus menyebabkan nyeri otot sebagai produk sampingan dari pengaktifan respons imun.
“Ini adalah hasil dari sel-sel sistem kekebalan yang melepaskan interleukin, yang merupakan protein yang membantu dalam memerangi patogen yang menyerang,” katanya.