Bisnis.com, JAKARTA – Film KADET 1947 adalah film yang mengisahkan tentang kadet, calon pilot angkatan udara yang masih mudah dan mengusung kisah semangat anak muda Indonesia pada awal kemerdekaan.
Film ini adalah garapan rumah produksi Temata, meski berada dalam masa pandemi, akhirnya kru dan tim Film KADET 1947 kembali syuting per pertengahan September di wilayah Yogyakarta
Produser Film KADET 1947 Celerina Judisari mengatakan, semua kegiatan syuting tetap berjalan dengan lancar meski masih dalam masa pandmei. Tantangan yang dialami tim memang cukup berat, apalagi dia mengakui membuat film perang memiliki proses yang cukup berat.
Adapun seebagian besar syuting Film KADET 20147 berada di outdoor. Misalnya di tanah lapang, hutan, sungai, belum lagi cuaca intens dari siang sampai malam. Tapi teman-teman semuanya enjoy dan excited. Apalagi, karena tim Film KADET 1947 syuting di daerah yang cukup terpencil, alhasil ketika break tim kerap kali membuat hiburan sendiri, main games atau jamming bersama.
“Kebersamaan ini bikin chemistry para aktor makin kuat saat on shoot, apalagi kalau mereka sudah on costume dan make-up, jadi kelihatan seperti kadet beneran.” cerita Celerina dikutip dalam siaran pers, Senin (30/11/2020).
Selain pengambilan gambar yang menantang, film KADET 1947 juga totalitas dalam menyajikan visual yang apik. Skala produksinya pun cukup besar, dengan membuat Pangkalan Udara Maguwo dan hanggarnya yang menjadi asal usul Bandara Adisutjipto yang pernah menjadi sekolah penerbangan untuk kadet, juga pemukiman warga bernuansa era 40-an. Set ini dibangun di Landasan Udara Gading TNI AU di Gunung Kidul, Yogyakarta.
Celerina juga menambahkan bahwa syuting ini menggunakan sembilan replika pesawat tempur yang dirakit sendiri. Ada replika-replika pesawat tempur tim film yang membuatnya sendiri dengan didampingi oleh Dinas Penerangan TNI AU, salah satunya ada model pesawat Cureng yang dipakai di peristiwa aslinya.
“Nanti eksekusinya akan dikombinasikan dengan teknik CGI untuk menampilkan adegan serangan udara. Jadi biar pas nonton semakin berasa ambience-nya,” sambungnya.
Tak hanya mengangkat peristiwa yang jarang dibahas di buku sejarah, film KADET 1947 juga mengulas sisi lain anak muda di tahun 40-an. Celerina menyatakan, cerita perjuangan memang sudah banyak, tetapi kisah persahabatan yang dikemas ke dalam drama heroik terhadap peristiwa bersejarah tuh masih jarang diceritakan, apalagi peristiwanya serangan udara.
“Makanya, kita angkat sisi ini supaya ada ‘bumbu penyedap’ dan penonton bisa relate sama karakternya.” ungkap Celerina.
Kevin Julio pemeran Kadet Mulyono menceritakan pengalaman syutingnya. Dia menyebut, syuting Film KADET 1947 di masa pandmei adalah pengalaman menarik karena butuh persiapan mental dan fisik yang kuat. Hal ini juga karena semua tim termasuk para aktor dan aktris harus melalui latihan fisik dan di-coaching langsung oleh TNI AU, mulai dari cara bersikap, cara jalan, sampai teknik menerbangkan pesawat.
“Terus dari sisi karakter, saya harus mendalami sisi psikologisnya juga. Gimana sih perasaannya jadi anak muda yang hidup di masa perang? Di satu sisi mereka punya cita-cita mulia, tapi di sisi lain mereka kaya anak muda pada umumnya aja, punya jiwa nekat dan masalah sehari-hari.” ujar Kevin.
Sementara itu menurut Wafda Saifan pemeran Kadet Sutardjo, penggarapan set yang matang jadi salah satu daya tarik utama film ini. Upaya menggambarkan situasi puluhan tahun lalu sangatlah sulit, apalagi untuk setting medan perang. Banyak detail yang harus dipersiapkan dan disesuaikan. Hal utamanya nanti penonton bisa melihat penampakan pesawat tempur warisan Jepang di zaman itu yang sederhana dan vintage banget tapi bisa jadi kendaraan para kadet buat perang melawan Belanda.
“Ini salah satu experience yang gue rasa layak ditunggu masyarakat,” tutup Wafda.
Setelah tertunda sejak Maret, film yang disutradarai oleh Rahabi Mandra dan Aldo Swastia ini akhirnya mampu mematangkan persiapan, mulai dari tes kesehatan bagi seluruh kru dan perizinan dari pemerintah setempat.
Produser Film KADET 1947 Tesadesrada Ryza mengungkapkan perjalanan proses syuting yang harus dilanjutkan di situasi pandemi COVID-19. Awalnya dia tak menampik segenap anggota tim masih merasa khawatir untuk menggelar syuting di tengah pandemi dengan adanya banyak hambatan. Namun ternyata semua bisa dilewati, karena nilai-nilai perjuangan, heroisme, dan persahabatan di film ini juga diadopsi di proses syuting.
“Jadi ya kita berharap film ini bisa menjadi semangat dan karya yang hangat buat masyarakat,” tuturnya.