Bisnis.com, JAKARTA - Vaksin Pfizer-BioNTech sudah mulai diberikan kepada kelompok masyarakat berisiko tinggi terinfeksi virus corona baru di Inggris. Di tengah kabar gembira tersebut, timbul kabar atau informasi palsu yang terkait dengan program vaksinasi.
Salah satu rumor yang beradar ialah bahwa vaksin Covid-19 dapat memengaruhi keseburan khususnya pada wanita. Akan tetapi, para ahli dengan sigap membantah hal tersebu. Mereka menegaskan informasi tentang vaksin yang memengaruhi kesuburan adalah mitos atau tidak benar.
Dilansir dari Express UK, Senin (14/12) pakar vaksin dari Yale University Saad Omer mengatakan bahwa hal tersebut adalah mitor, tidak akurat, dan tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan antara keduanya.
Dia menjelaskan lembaga ahli yang mengamati persetujuan vaksin untuk digunakan pada masyarakat luas memiliki proses yang ketat. Proses itu mencegah produk memasuki sirkulasi yang dapat menyebabkan efek bencana pada tubuh.
"Jika sesuatu terjadi, tindakan akan diambil terkait dengan hal ini," kata Omer.
Lantas seperti apa efek samping yang ditimbulkan dari vaksin Covid-19, termasuk yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech. Otoritas pemerintah Inggris menyatakan vaksin apa pun dapat menyebabkan efek samping yang bersifat ringan dan sementara.
Vaksin dari Pfizer-BioNTech yang memerlukan dua dosis memiliki efek samping yang sangat umum, termasuk nyeri di lengan tempat suntikan, merasa lelah, sakit kepala, sakit umum lain atau gejala mirip flu ringan.
Orotitas kesehatan menilai tidak jarang orang yang divaksin akan mengalami demam atau suhu tinggi tidak biasa selama 2 atau 3 hari. Selain itu, efek samping yang tidak umum adalah pembengkakan pada kelenjar.
Dalam peringatan terbaru kepada para penerima vaksin, regulator obat Inggris mengatakan siapapun yang memiliki riwayat anafilaksis terhadap obat atau makanan tidak boleh mendapatkan vaksin Covid-19.
Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA) mengatakan ada dua laporan anafilaksis dan satu laporan kemungkinan reaksi alergi sejak proses vaksinasi dimulai di Inggris.
"Kebanyakan orang tidak akan terkena anafilaksis dan manfaatnya melindungi orang dari COVID-19 lebih besar dari risikonya. Anda dapat sepenuhnya yakin bahwa vaksin ini telah memenuhi standar kemanan, kualitas, dan efektivitas," kata MHRA.