Bisnis.com, JAKARTA – Ilmuwan telah mengidentifikasi mutasi pada lima gen yang terkait dengan perkembangan penyakit Covid-19 parah, yang lebih tinggi berisiko mengancam jiwa pasien.
Dilansir dari Metro UK, Senin (14/12) para peneliti mengatakan bahwa mereka mengetahui gen mana yang terlibat dalam kasus parah virus corona. Hal ini dapat membantu mengarahkan dokter pada pengobatan mana yang dapat digunakan untuk membantu mengobati penyakit.
Kenneth Baillie, kepala penyelidik dan peneliti senior di Roslin Institute University of Edinburgh mengatakan bahwa ini adalah realisasi yang menakjubkan dari genetika manusia, untuk membantu memahami penyakit kritis berbahaya tersebut.
“Sama seperti pada sepsis dan influenza - pada Covid-19 - kerusakan paru-paru disebabkan oleh sistem kekebalan kita, bukan oleh virus itu sendiri. Hasil genetik kami memberikan peta jalan melalui kompleksitas sinyal kekebalan, menunjukkan rute ke target obat utama,” katanya.
Dia melanjutkan bahwa hasil dari studi tersebut juga menyoroti obat mana yang harus ada di daftar teratas untuk pengujian klinis. Tim hanya dapat menguji beberapa obat dalam satu waktu, jadi membuat pilihan yang tepat akan menyelamatkan ribuan nyawa.
Baillie dan timnya melakukan studi asosiasi genom (GWAS) pada 2.244 pasien sakit kritis yang dinyatakan positif Covid-19 dari 208 unit perawatan intensif di Inggris. GWAS adalah desain studi yang umum digunakan, memungkinkan ilmuwan untuk mengidentifikasi gen mana yang terlibat dalam penyakit manusia.
Bekerja dengan para ahli dari konsorsium GenOMICC, sebuah kolaborasi global yang menyelidiki hubungan antara genetika dan penyakit kritis, para peneliti membandingkan informasi genetik pasien Covid-19 di ICU dengan sampel yang diberikan oleh sukarelawan sehat dari penelitian lain.
Tim, yang karyanya dipublikasikan di jurnal Nature, menemukan bahwa variasi dalam lima gen - IFNAR2, TYK2, OAS1, DPP9 dan CCR2 - dikaitkan dengan perkembangan penyakit parah pada pasien Covid-19. Mereka mengatakan dapat menunjukkan dengan tepat dua proses molekuler - kekebalan antivirus dan peradangan paru - yang terkait dengan gen.
Namun, tim tersebut mengatakan bahwa penelitian ini tidak bertujuan untuk memprediksi siapa yang kemungkinan besar akan sakit kritis dengan Covid-19, tetapi lebih berfokus pada menemukan petunjuk biologis yang akan membawa pada perawatan yang efektif.
Ini karena beberapa pasien dengan varian genetik tertentu dapat merespons obat tertentu dan para peneliti percaya bukti genetik dapat digunakan untuk menunjukkan perawatan mana yang akan efektif untuk suatu penyakit.
Misalnya, obat-obatan yang mengurangi aktivitas gen TYK2 juga dapat membantu melindungi terhadap Covid-19. Kelas obat anti-inflamasi yang disebut penghambat JAK, yang termasuk obat baricitinib, juga dikatakan menghasilkan efek serupa.
Para peneliti juga mengatakan bahwa proporsi risiko - kemungkinan keseluruhan menjadi sakit kritis dengan Covid-19 - yang terkait dengan varian genetik diperkirakan sekitar 6,5%. Mereka mengatakan bahwa ini jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan faktor risiko Covid-19 lainnya yang diketahui seperti usia dan kondisi kesehatan yang mendasarinya.