Bisnis.com, JAKARTA - Pemberian vaksin virus corona pada lansia terbilang relatif aman. Namun ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RA Adaninggar mengatakan pemberian vaksin Covid-19 mungkin hanya bisa kepada lansia yang tergolong sehat. Yakni lansia yang tidak memiliki penyakit tertentu atau penyakit penyerta (komorbid). "Kalau lansia sehat, nggak apa-apa sepertinya (disuntik vaksin Covid-19)," ujarnya dalam diskusi online, dikutip Bisnis, Rabu (20/1/2021).
Sementara lansia yang tidak sehat seperti pra renta dan renta, dimana kondisinya benar-benar kurus, masa otot hilang, begitu pula lemak, ditambah banyaknya komorbid, tidak dianjurkan untuk menerima vaksin Covid-19.
Berkaca pada kasus kematian puluhan lansia di Norwegia pasca disuntik vaksin Pfizer, wanita yang akrab disapa Ning ini mengatakan para lansia tersebut memiliki komorbid. Alhasil, mereka tidak kuat menerima efek samping vaksin yang dianggap normal bagi usia muda seperti panas, demam, mual, muntah, dan nafsu makan menurun.
"Untuk orang muda ini biasa, relatif ringan. Tapi kalau lansia bisa berat dan sebabkan dehidrasi," sebut Ning.
Ada kecenderungan pemerintah setempat tidak menyaring lansia penerima vaksin terlebih dahulu. Akhirnya lansia dengan komorbid yang seharusnya tidak dianjurkan pun disuntik vaksin.
"Kalau kondisi itu (lansia dengan komorbid), mendapatkan vaksin dengan efek samping ringan menjadi berat untuk dia," tegas Ning.
Memang menurut data, 25 juta dari 267 juta penduduk di Indonesia tergolong lansia. Hanya 15 persen yang dinyatakan sehat. Sementara 61 persen masuk kategori prarenta dan 25 persen sudah renta.
Tak dipungkiri lansia merupakan populasi yang harus dilindungi di tengah pandemi ini. Namun kata Ning,a jangan sampai vaksin berbahaya untuk kondisi mereka terutama yang renta.
"Kalau belum ada izin (BPOM) lebih baik tunggu dulu. Sambil tunggu, protokol kesehatan, yang lebih muda melindungi lansia di rumah," tuturnya.
Bagi mereka yang memiliki komorbid sebaiknya dijaga dan jangan sampai tidak terkontrol. Sebab kalau terkontrol risiko tertularnya jauh lebih rendah.
Sementara itu Ning menambah bahwa untuk mencapai kekebalan kelompok dengan edukasi vaksin Sinovac 65 persen, sejatinya seluruh masyarakat Indonesia menerima vaksin.
"Untuk mencapai herd immunity 100 persen masih lama. Apalagi ada anti vaksin. Ada hoax hingga bikin orang takut," singgungnya.