Bisnis.com, JAKARTA - Kanker serviks masih mengintai perempuan Indonesia. Hingga saat ini, kanker serviks masih menjadi penyakit yang ditakuti dan memakan banyak korban jiwa.
Menurut data GLOBOCAN 2020, Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab kanker serviks telah merengut 21.003 jiwa, dan terdapat 36.633 kasus baru terhadap perempuan.
Artinya, 50 perempuan di Indonesia meninggal setiap harinya, dan hal tersebut menjadikan kanker serviks sebagai kanker urutan kedua di Indonesia. Apalagi, dari keseluruhan kasus kanker serviks baru yang ditemukan di Indonesia, diketahui lebih dari 80 persen sudah pada stadium lanjut.
Alhasil, pengobatan menjadi lebih sulit, lebih mahal serta tingkat keberhasilan juga menurun.
Padahal, kata Ketua Umum Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI) dr. Andrijono, kanker dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi HPV, IVA test dan papsmear.
"Upaya pencegahan kanker serviks sangat penting untuk dilakukan segera," ujarnya dalam diskusi online, Sabtu (30/1/202).
Dia menerangkan, sesuai dengan anjuran Badan Kesehatan Dunia (WHO), tindakan pencegahan primer untuk mencegah terjadinya kanker serviks adalah dengan melakukan vaksinasi HPV untuk membuat tubuh membentuk antibodi terhadap virus HPV.
Dengan demikian, tubuh memiliki kekebalan terhadap virus HPV yang berisiko tinggi sebabkan kanker serviks.
"Vaksinasi HPV penting dilakukan sedini mungkin agar mengurangi risiko terkena virus HPV," tegas Andrijono.
Jika tidak dicegah sejak dini, dia menyebut, kematian akibat kanker serviks akan meningkat hampir 50 persen pada tahun 2030.
Andrijono berharap ada peningkatan kesadaran masyarakat khususnya para perempuan akan bahaya kanker serviks, dan pentingnya vaksinasi HPV, serta skrining atau feteksi dini melalui IVA test, dan pap smear.
Apalagi, selain menyebabkan kanker serviks pada perempuan, virus HPV juga dapat menyebabkan beberapa penyakit kulit dan kelamin pada laki-laki.
"Vaksinasi dianggap sebagai pencegahan primer karena telah terbukti menurunkan insiden kanker serviks," tuturnya.
Sebagai contoh Australia, melalui program vaksinasi HPV negara tersebut berhasil menurunkan insiden kanker hingga 40 persen. Bahkan, Australia telah mencanangkan 2030 bebas kanker serviks karena mereka memulai program vaksinasi HPV nasional sejak 2007.