Bisnis.com, JAKARTA - Adaptasi baru berupa bekerja dari rumah (work from home) berdampak pada munculnya gaya hidup mager alias malas gerak yang berisiko menurunkan imun tubuh dan memunculkan berbagai kelainan kesehatan.
Irfany Khairunnisa, dari klinik Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), mengatakan bekerja dari rumah bertujuan untuk menekan penularan infeksi Covid-19. Namun, WFH juga berdampak pada munculnya gaya hidup sedentary atau bahasa kekiniannya adalah mager alias malas gerak, yaitu kurangnya aktivitas fisik seseorang.
"Jika inaktivitas fisik ini tidak diimbangi dengan kegiatan fisik maka semua sistem dalam tubuh akan terlibat, seperti kekakuan pada otot, sirkulasi darah yang kurang lancar, intoleransi glukosa, hingga penurunan sistem imun," ujarnya seperti dikutip dari situs Batan, Rabu (17/2/2021).
Padahal justru saat pandemi Covid-19 seperti saat ini sebisa mungkin jangan melakukan hal-hal yang dapat menurunkan imun.
Irfany memaparkan rekapitulasi hasil medical check-up (MCU) pegawai PTKMR Batan pada 2020. Hasilnya menunjukkan, dari 159 pegawai PTKMR Batan yang memeriksakan diri untuk MCU, kelainan kesehatan tertinggi adalah disiplidemia atau peningkatan pada kolesterol/ trigliserida/ LDL, Body Mass Index (BMI > 25) atau berat badan berlebih, tidak olahraga, merokok, prediabetes, kenaikan asam urat, sedikit minum air putih, dan pengentalan darah.
Ia mengingatkan pentingnya MCU minimal 1 tahun sekali untuk mengetahui kelainan kesehatan sedini mungkin, mengatasi, dan mencegah agar penyakit yang telah terdeteksi tidak berlanjut lebih buruk.
“Hasil MCU ini menjadi pengingat para pegawai untuk menerapkan gaya hidup sehat seperti healthy diet, olahraga teratur, banyak minum air putih, makan buah dan sayur setiap hari, tidak merokok, tidur yang cukup, menjaga berat badan, serta kontrol tekanan darah dan gula darah,” ucap Irfany.
Dokter Nastiti Rahajeng menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam menekan penyebaran Covid-19. “Dari pemerintah menerapkan 3T, yakni test, treat, dan trace, sedangkan dari masyarakat menerapkan 5M, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.”
Terkait vaksin Covid-19, Nastiti mengatakan tidak ada vaksin yang 100 persen aman. Hampir sama dengan vaksin lainnya, efek samping yang akan timbul biasanya adalah kemerahan, bengkak, nyeri di daerah suntikan, mengantuk, demam, sakit kepala, mual, muntah, hingga diare.
“Itu tanda-tanda tubuh merespon vaksin. Yang tidak merasakan apa-apa, sebenarnya juga ada reaksi, tapi ringan sekali, sampai tidak terasa,” jelasnya.