Bisnis.com, JAKARTA - Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS, Plt. Dirjen P2P Kementerian Kesehatan mengatakan gangguan pendengaran merupakan penyebab tertinggi ke-empat untuk disabilitas secara global. Gangguan pendengaran bisa menurunkan quality of life seseorang.
"Dampak yang ditimbulkan oleh gangguan pendengaran sangat besar dimana bisa menghambat masa depan seseorang, maka dari itu harus bisa dicegah dengan deteksi pendengaran sejak dini," kata Maxi dalam acara virtual dengan tema Temu Media Hari Pendengaran Sedunia dalam rangka memperingati hari pendengaran sedunia setiap 3 Maret, Kementerian Kesehatan RI.
Dari data WHO tahun 2018, sekitar 466 juta atau 6,1 persen orang di dunia mengalami gangguan pendengaran, yang terdiri dari 432 juta atau 93 persen dewasa dan 34 juta atau 7 persen anak-anak.
Prof. Dr. dr Jenny Bashiruddin, SpTHT, menambahkan dampak yang ditimbulkan oleh gangguan pendengaran dan ketulian sangat luas dan berat, yakni mengganggu perkembangan kognitif, psikologi dan sosial.
Namun minimnya pengetahuan masyarakat membuat sikap abai pada kepentingan pendengaran. Diterpa pandemi Covid-19, membuat masyarakat semakin engga untuk memeriksakan pendengaran.
"Peningkatan kasus Covid-19 membuat masyarakat semakin takut untuk memeriksakan penyakit non Covid-19. Termasuk telinga. Untuk itu peran masyarakat dan pemerintah sangatlah dibutuhkan agar kesehatan pendengaran tetap terjaga", tutup Jenny