Bisnis.com, JAKARTA - Walt Disney Co. berencana untuk menutup lebih dari 60 toko Disney di Amerika Utara.
Artinya, ini akan menghilangkan sekitar 20% total tokonya yang tersebar secara global. Alasannya, kini mereka akan berfokus pada e-commerce.
Perusahaan ini sekarang memiliki sekitar 300 toko Disney, jumlah yang telah menyusut secara dramatis selama bertahun-tahun karena perusahaan hiburan terbesar di dunia itu, bereksperimen dengan berbagai cara untuk menjual barang dagangannya kepada para penggemar.
Selain menutup puluhan tokonya, Disney juga sudah memberhentikan 32.000 pekerjanya pada tahun 2021.
Sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi ketergantungan pada toko fisiknya sendiri, Disney telah membuat situs webnya lebih ramah konsumen dan membuka butik di pengecer lain.
Termasuk toko di taman hiburannya dan yang dimiliki oleh orang lain, perusahaan ini memiliki sekitar 600 lokasi ritel di seluruh dunia. Disney juga mengevaluasi penutupan toko-toko Eropa karena memikirkan kembali strategi ritelnya.
"Sementara perilaku konsumen telah bergeser ke arah belanja online, pandemi global telah mengubah harapan konsumen dari pengecer," kata Stephanie Young, presiden unit produk konsumen, game dan penerbitan Disney, dalam sebuah pernyataan dilansir dari Aljazeera.
Disney adalah salah satu perusahaan pemberi lisensi terbesar di dunia. Tetapi penjualan lisensi barang dagangan dan bisnis ritelnya turun 7% tahun lalu menjadi $4,18 miliar, sebagian besar karena penutupan toko terkait pandemi.
Jaringan Disney memulai debutnya pada tahun 1987, dan toko-toko tersebut pernah menjadi bahan pokok pusat perbelanjaan AS.
Disney pernah menjual lokasinya di Amerika Utara ke Children’s Place Retail Stores Inc., pengecer yang berfokus pada anak-anak, sebelum mengambilnya kembali setelah bisnis tersebut mengalami masalah keuangan.