Bisnis.com, JAKARTA - Kanker payudara tipe Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2) tak bisa dideteksi hanya melalui pemeriksaan patologi termasuk perabaan benjolan. Tak ada cara mendeteksi kanker ini, selain melalui pemeriksaan imunohistoskimia.
Dokter spesialis bedah onkologi di RSCM Sonar Soni Panigoro mengatakan penentuan tipe kanker itu setelah pemeriksaan patologi untuk mengetahui kanker atau tidak.
"Untuk sampai ke tipe HER2 harus dilanjutkan pemeriksaan imunohistokimia untuk menentukan tipe HER2 atau bukan. Hampir tidak mungkin [benjolannya HER2 atau bukan] diperiksa di rumah," katanya seperti dikutip Antara, Minggu (21/3/2021).
Dengan kata lain, tidak ada cara mendeteksi kanker payudara tipe HER2 selain melalui pemeriksaan imunohistoskimia. Di sisi lain, tak ada tanda khusus mengarah kecurigaan pada tipe kanker ini selain benjolan yang juga muncul pada tipe lainnya.
Mengenai pemicu tipe kanker payudara ini, menurut Sonar, belum ada penelitian yang spesifik memperlihatkan HER2 akibat gaya hidup yang buruk.
HER2 hanya mengandung reseptor HER2 tanpa reseptor hormon progesteron dan estrogen seperti pada luminal A dan B. Pengobatannya pun hanya kemoterapi dan pemberian obat anti-HER2 atau Trastuzumab.
"Untuk HER2 hanya bisa diberikan kemoterapi setahun karena setelah itu tidak ada manfaat lain. Untuk obat-obat kemoterapi kita belum mampu produksi karena bahan baku masih sulit dan teknologi yang tidak murah. Trastuzumab masih impor, walau sekarang sudah ada obat yang mirip," tutur Sonar.
"Awalnya harga Trastuzumab di atas Rp25 juta sekarang sudah ada di bawah Rp10 juta. Namun pemberian untuk stadium dini belum masuk tanggungan BPJS, baru untuk stadium lanjut," imbuh dia.
Dari sisi peluang bertahan hidup selama lima tahun, penderita kanker payudara tipe HER2 diperkirakan sekitar 75 persen, lebih tinggi dari tipe triple-negatif yang berada di angka 60 persen dan lebih rendah dari luminal A dengan peluang 80-90 persen.
"Luminal A dan B masih ada obat yang terus diminum jangka panjang. Sementara triple-negatif kemoterapi tidak bisa diberikan seumur hidup, hanya untuk durasi tertentu karena efek cukup berat," kata Sonar.
Sonar mengingatkan, apapun tipe kankernya, pengobatan pada stadium dini paling dianjurkan. Pengobatan pada stadium 0 atau 1 bisa berpeluang sembuh sekitar 90 persen lebih. Peluang turun menjadi 70 persen pada stadium 2 dan semakin turun menjadi 50 persen pada stadium 3. Sementara pada stadium 4, kanker cenderung sulit disembuhkan.