Bisnis.com, JAKARTA--Sebuah studi baru-baru ini memperingatkan Vaksin Pfrizer dapat diterobos oleh varian virus Afrika Selatan.
Itu artinya ada kemungkinan vaksin Covid pertama yang mendapat persetujuan di Inggris tersebut tidak mempan terhadap mutasi virus Covid-19 B1315.
Melansir dari experss, kemanjuran vaksin Pfizer atau BioNtech sebelumnya telah terbukti 91 persen hingga enam bulan. Itu adalah temuan yang dipublikasikan dari satu uji klinis pada awal April.
Tetapi sekarang, sebuah penelitian Israel telah memperingatkan varian Covid yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan itu ditemukan beredar di Inggris. Virus itu diduga lebih efektif dalam melewati vaksin daripada jenis Covid-19 asli.
Para peneliti di Universitas Tel Aviv mempelajari 400 orang yang dites positif Covid-19 setelah divaksinasi lebih dari dua minggu sebelumnya. Di antara pasien yang menerima dua dosis vaksin, tingkat prevalensi varian Afrika Selatan delapan kali lebih tinggi daripada mereka yang tidak divaksinasi.
Ini menunjukkan vaksin Pfizer jauh kurang efektif melawan mutasi Afrika Selatan bila dibandingkan dengan jenis virus corona asli dan varian yang pertama kali diidentifikasi.
“Kami menemukan tingkat yang lebih tinggi dari varian Afrika Selatan di antara orang yang divaksinasi dengan dosis kedua, dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinas," kata Adi Stern dari Tel Aviv University.
Ini berarti varian Afrika Selatan mampu, sampai batas tertentu, menembus perlindungan vaksin.
Dalam studi Pfizer tentang strain Afrika Selatan, dikatakan dari 800 sukarelawan di Afrika Selatan, ada sembilan infeksi ditemukan. Semuanya terjadi di antara peserta yang mendapat plasebo.
Dari sembilan kasus, enam di antara individu yang terinfeksi varian Afrika Selatan. Menurut Stern, itu merupakan kabar gembira karena prevalensi rendah dari strain Afrika Selatan.
“Bahkan jika varian Afrika Selatan berhasil menembus perlindungan vaksin, itu belum menyebar secara luas ke seluruh populasi,” tambah Stern.
Pemerintah pertama kali mengumumkan telah mendeteksi dua kasus varian Afrika Selatan di Inggris pada 23 Desember 2020.
Hingga 31 Maret, jumlah kasus meningkat menjadi 469 kasus. Perlindungan terhadap Varian Afrika Selatan dengan vaksin AstraZeneca juga menunjukkan kekhawatiran.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di New England Journal of Medicine, dua dosis vaksin AstraZeneca ditemukan hanya memiliki kemanjuran 10,4 persen melawan infeksi ringan hingga sedang yang disebabkan oleh strain tersebut.
Uji coba tersebut mengevaluasi keamanan dan kemanjuran vaksin AstraZeneca pada orang dewasa HIV-negatif berusia antara 18 hingga 64 tahun dengan usia rata-rata 30 tahun.
Dari 750 penerima vaksin percobaan, 19 mengembangkan Covid-19 ringan hingga sedang lebih dari 14 hari setelah dosis kedua dibandingkan dengan 23 dari 717 penerima plasebo.
Dari total 42 kasus Covid-19, 39 di antaranya disebabkan oleh varian Afrika Selatan.
Kekhawatiran atas varian Afrika Selatan dan strain mematikan yang kurang dikenal pertama kali diidentifikasi di Nigeria. Jumlahnya alami peningkatan tajam pada kasus keduanya di Inggris selama seminggu terakhir.
Saat ini ada lebih dari 470 kasus varian Afrika Selatan. Pada akhir Februari ada kurang dari 100 kasus varian Nigeria, tetapi dalam seminggu terakhir ini telah naik di atas 300.
Meski jumlahnya masih ratusan dan sebanding dengan varian Kent yang dominan, para ahli khawatir karena semakin banyak orang yang divaksinasi, strain Afrika Selatan dan Nigeria akan menyebar lebih luas saat virus mencoba melepaskan kekebalan yang diciptakan oleh suntikan.
Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) mengatakan mencoba menenangkan bila ini akan sementara.
" Jika dapat menginfeksi dan menularkan pada orang yang divaksinasi, B1351 (varian Afrika Selatan) akan meningkat pada populasi tersebut. Ini perlahan naik, tapi itu mungkin karena kami sedang mencari solusi dengan susah payah," kata Sage.