Bisnis.com, JAKARTA - Pendiri Health Collaborative Center (HCC) dr. Ray W. Basrowi mengungkapkan cara sederhana untuk mengetahui gorengan yang dibeli di luar rumah sudah mengalami proses pemasakan dengan minyak berulang atau tidak.
"Kalau jajan, belinya jangan dari depan. Pakai mekanisme observasi dari belakang (lihat belanga dan minyak yang digunakan untuk menggoreng)," kata praktisi kesehatan kerja dan industri nutrisi dari Universitas Indonesia itu, Minggu (25/4/2021).
Selain itu, menurut spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia, Juwalita Surapsari, mengatakan bahwa, rasa gorengan dari minyak yang sudah dipakai berulang kali cenderung berbeda.
Bila hidangan itu digoreng dengan tepung, maka warnanya akan lebih gelap.
"Dan karena digunakan berulang-ulang, ada sisa gorengan sebelumnya," tuturnya.
Populer
Proses memasak dengan cara menggoreng memang populer di masyarakat. Salah satunya karena waktu memasak yang lebih singkat, sehingga makanan cepat matang dibanding proses masak lain seperti mengukus.
Ini juga ada kaitannya pola hidup masyarakat yang dituntut serbacepat. Belum lagi gorengan dengan minyak berkali-kali pakai terasa lebih enak, merangsang saraf nafsu makan, dan semakin banyak asupannya maka semakin membuat ketagihan.
Di sisi lain, makanan ini sulit dilepaskan dari kuliner Indonesia karena rasanya enak dan memang disukai masyarakat.
Gorengan bahkan sudah menjadi bagian citra makanan lintas budaya. Dampaknya, membutuhkan waktu beberapa generasi atau sekitar 75 tahun untuk mengubah perilaku masyarakat terkait menyantap gorengan.
Padahal, konsumsi kalori tinggi, yang salah satunya berasal dari makanan yang digoreng menjadi penyebab dominan penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular, selain perilaku merokok dan kondisi obesitas.
Penyakit Tidak Menular
Sebuah studi yang dilakukan Vanessa Oddo bersama koleganya dan dipublikasikan dalam jurnal BMJ pada 2019 memperlihatkan meningkatnya kasus penyakit tidak menular terkait pola makan dan sumber makanan.
Studi lain, yang melibatkan 107.000 wanita berusia 50-79 tahun di Amerika Serikat, menunjukkan konsumsi setidaknya satu porsi gorengan per hari memiliki kemungkinan 8 persen lebih tinggi menghadapi kematian dini dibandingkan yang tidak makan gorengan.
Para penyuka gorengan juga memiliki peluang 8 persen lebih tinggi untuk mengalami kematian, khususnya karena penyakit kardiovaskular. Dari sisi jenis, ayam goreng dan ikan goreng lebih terkait erat dengan kematian dini daripada gorengan lain seperti kentang goreng, kerupuk, keripik tortilla, dan makanan ringan lain.
Asisten profesor epidemiologi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Iowa sekaligus penulis studi, Wei Bao, seperti dikutip dari Time, mengatakan kekuatan hubungan ini mungkin karena orang-orang lebih banyak mengonsumsi ayam atau ikan goreng.
Alasan lain karena perbedaan cara pembuatan makanan tersebut. Misalnya, banyak restoran menggunakan kembali minyak saat memasak makanan seperti ayam goreng, yang menurut Bao dapat meningkatkan jumlah produk sampingan berbahaya yang dipindahkan ke makanan.