Virus corona varian delta plus/istimewa
Health

Covid-19 Varian Delta vs Delta Plus, Mana yang Lebih Berbahaya?

Lukman Nur Hakim
Kamis, 24 Juni 2021 - 14:14
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Penyebaran Virus Covid-19 saat ini semakin hari semakin meningkat, terlebih ditemukannya varian baru dari virus ini bernama Varian Delta (B.1.617.2) yang pertama kali diidentifikasi di India pada Oktober 2020.

Varian Delta menjadi jenis virus yang dominan terpapar oleh masyarakat di dunia. Inggris menjadi tempat dominan penyebaran varian virus ini, 90 persen kasus Covid-19 disana adalah dari varian Delta ini. Lalu, belum kelar masalah varian Delta, muncul lagi varian Delta Plus yang menyebar keseluruh dunia.

Dilansir dari QZ.com pada Kamis (24/6/2021), perbedaan virus varian Delta dengan varian Delta Plus adalah mutasi yang terjadi di dalam virus tersebut.

Varian Delta memiliki mutasi signifikan tertentu pada protein lonjakan virus dan mempunyai belemen runcing yang memberinya bentuk mahkota (itu sebabnya disebut virus Corona). Mutasi protein lonjakan membuat varian Delta menjadi varian tercepat dan terkuat.

"Mereka yang memiliki varian Delta sering mengeluh sakit kepala, sakit tenggorokan, dan pilek, menggantikan batuk dan kehilangan indra penciuman sebagai gejala yang paling umum," tulis laporan QZ.com seperti dikutip, Kamis (24/6/2021).

Sementara itu, varian baru yang diberi label Delta Plus, meskipun belum secara resmi oleh WHO varian ini memiliki mutasi K417N pada protein lonjakannya, yang dikaitkan dengan peningkatan pelepasan kekebalan.

Lalu, lebih mengerikan varian Delta atau Delta Plus?

Varian Delta dan Delta Plus pada dasarnya memiliki kesamaan dalam tahap penularanan. Namun, sampai saat ini varian Delta masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat karena penyebarannya yang cepat dari pada virus lainnya.

Meskipun mutasi dari varian Delta, varian Delta Plus belum begitu mengkhawatirkan. Namun, varian Delta Plus ini harus tetap diwaspadai karna virus ini dapat berubah – ubah.

Namun,, varian Delta Plus dapat menyebabkan pemberian vaksin kedalam tubuh menjadi kurang efektif hal itu dikatakan oleh Shahid Jameel, ahli virologi terkemuka di India. Sampai saat ini, Varian Delta Plus telah terdeteksi di sembilan negara, antara lain Inggris, AS, China, dan Jepang.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro