Bisnis.com, JAKARTA – Belakangan, sejumlah pemerintah daerah melakukan disinfeksi di jalan raya atau jalan protokol.
Hal itu dinilai para ahli sia-sia, membuang uang, serta waktu lantaran risiko penularan Covid-19 dari permukaan benda relatif rendah.
“Penularan dipermukaan benda relatif rendah, bila dibandingkan dengan metode penularan Covid-19 lainnya, yaitu droplet dan airborne atau lewat udara,” ungkap Dokter Umum Adam Prabata melalui unggahan di Instagramnya, Jumat (9/7/2021).
Pasalnya, mengutip penelitian Mondelli pada 2021, dia menjelaskan, tidak ditemukan virus hidup pada permukaan benda yang terbukti terkontaminasi virus penyebab Covid-19 melalui pemeriksaan PCR.
Adapun, penelitian CDC juga menemukan bahwa penularan dari permukaan ternyata juga disebabkan karena ada penularan dari cara lain seperti droplet dan airborne.
“Terlalu banyak faktor lain yang menyebabkan penularan dari permukaan tidak efisien, misalnya dari segi lingkungan, jumlah virus, inefisiensi perpindahan virus dari permukaan ke mulut atau hidung,” jelasnya.
Dia juga menegaskan, berdasarkan saran WHO dan CDC bahwa disinfeksi ke jalan atau tempat umum tidak direkomendasikan karena beberapa alasan.
Pertama, karena berisiko bagi kesehatan orang di sekotar area penyemprotan. Akan ada risiko terjadi iritasi mata, kulit, dan saluran pernapasan.
Kedua, hampir tidak ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa penyemprotan disinfektan di jalan atau tempat umum dapat mencegah penularan Covid-19.
Terlebih lagi, menyemprot orang dengan disinfektan juga dilarang, karena pertama tidak membuat orang yang terkena Covid-19 menjadi tak bisa menularkan ke orang lain.
Menyemprot disinfektan ke orang juga tidak membunuh virus penyebab Covid-19 di dalam tubuh seseorang.
Bahayanya, menyemprot disinfektan langsung terkena orang malah bisa menyebabkan iritasi mata dan kulit, penyempitan saluran napas, sampai mual dan muntah.