Bubur Suro/demakkab.go.id
Kuliner

Filosofi di Balik Bubur Suro, Makanan Khas Tahun Baru Islam

Mia Chitra Dinisari
Senin, 9 Agustus 2021 - 19:59
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Salah satu hidangan yang identik dengan Tahun Baru Islam adalah bubur suro.

Masyarakat Jawa khususnya, menghadirkan bubur suran atau bubur suro pada malam menjelang datangnya 10 Suro. Sepuluh Suro adalah hari kesepuluh dalam kalender Jawa yakni bulan Sura atau Suro.

Dikutip dari demakkab.go.id, sepuluh Suro ini bertepatan pula dengan tanggal 10 Muharram dalam kalender Hijriyah atau Bulan Muharram Islam. Dalam konsep Jawa, hari esok dianggap datang setelah lewat pukul empat petang. Maka dari itu bubur suro disajikan pada malam menjelang datangnya 10 Suro.

Tanggal 10 suro diperingati oleh masyarakat Jawa dengan cara yang khas dan telah dilaksanakan secara turun temurun selama berabad-abad. Salah satunya lewat elemen kuliner yang khas sebagai lambang perayaan tersebut. Bubur suro menjadi lambang untuk perayaan 10 Suro dan karenanya harus dibaca, dilihat, dan ditafsirkan sebagai alat (uba rampe dalam bahasa Jawa) untuk memaknai 10 Suro.

Bubur beras dan kelengkapannya Bubur suro punya rasa gurih dengan nuansa pedas yang tipis. Biasanya dibuat dari beras, santan, garam, jahe, dan sereh. Selain itu, bubur suro juga biasa disajikan dengan lauk berupa opor ayam dan sambal goreng labu siam berkuah encer dan pedas.

Di atas bubur ditaburi serpihan jeruk bali dan bulir-bulir buah delima. Ada pula tujuh jenis kacang yakni: kacang tanah, kacang mede, kacang hijau, kedelai, kacang merah, kacang tholo, dan kacang bogor. Sebagian kacang ada yang digoreng, dan ada yang direbus. Tak itu saja, ada pula tambahan berupa irisan timun dan beberapa lembar daun kemangi.

Sebagai uba rampe, bubur suro juga disajikan dengan uba rampe lainnya berbentuk sirih lengkap, kembar mayang, dan sekeranjang buah-buahan. Kehadiran sirih lengkap melambangkan asal-usul dan penghormatan atau pengenangan kita kepada orang tua dan para leluhur, khususnya yang telah mendahului kita.

Sirih lengkap akan diletakkan dalam bokor kuningan atau tembaga yang selalu hadir sebagai kelengkapan dalam ritual perlintasan Jawa dengan makna yang sama. Sementara untuk kembar mayang, merupakan dua vas bunga yang masing-masing berisi tujuh kuntum mawar merah, tujuh kuntum mawar putih, tujuh ronce (rangkaian) melati, dan tujuh lembar daun pandan.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro