Bisnis.com, JAKARTA – Ketika bayi menangis, orang tua akan mengayunkan bayi untuk menenangkannya. Juga terkadang, orang tua atau keluarga di sekitarnya mengajak si bayi bermain atau bercanda dengan cara seperti mengayun, melempar atau mengguncang bayi.
Meski aktivitas tersebut sering dilakukan, Anda perlu berhati-hati karena ketika Anda mengayun bayi terlalu kencang, mengguncang atau bahkan melempar, bisa berbahaya bagi si bayi dan mengakibatkan Shaken Baby Syndrome.
Shaken baby syndrome atau sindrom bayi terguncang adalah trauma kepala bayi karena guncangan yang terlalu keras. Ini adalah salah satu bentuk kekerasan pada anak karena berdampak buruk pada perkembangan bayi, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia.
“Bayi berisiko mengalami shaken baby syndrome karena proporsi kepala bayi lebih besar dibandingkan orang dewasa dan juga otot leher bayi yang belum kuat menyangga kepalanya,” tulis dr Arlita Putri, seorang dokter spesialis anak, melalui akun Instagramnya @tanyadokteranak, Jumat (17/9/2021).
Sindrom ini bisa dialami oleh bayi dan anak usia 0 hingga 5 tahun, dan paling sering terjadi pada bayi usia 6 hingga 8 minggu.
dr Arlita menjelaskan sindrom ini berisiko tinggi pada bayi prematur, anak dengan gangguan perkembangan, bayi yang sangat susah ditenangkan saat menangis, banyaknya anak di dalam keluarga serta kondisi keluarga, seperti single parent, stres, KDRT, inner child, tekanan pekerjaan, himpitan ekonomi dan lain sebagainya.
“Tujuh puluh persen kasus dilakukan oleh pria (ayah, ayah tiri atau pacar ibu), pengasuh, ibu, atau siapa saja yang kurang mampu mengendalikan emosi, terlalu gemas, agresif dan temperamental,” katanya, menjelaskan siapa saja pelaku dari shaken baby syndrome ini.
Lantas, apa saja gejalanya?
Shaken baby syndrome menunjukkan gejala berikut:
· Bayi lesu atau menjadi rewel tidak jelas
· Memar di area kepala, leher, dada, atau mata
· Senyum menjadi tidak simetris
· Muntah berlebihan tanpa sebab yang jelas pasca diayun kencang
· Ubun-ubun membonjol
· Patah tulang (tengkorak, dada, tangan, kaki)
· Penurunan kesadaran, susah dibangunkan, kejang
· Kulit kebiruan atau memucat
· Kelemahan anggota gerak
· Sulit bernapas atau henti napas
Shaken baby syndrome dapat berakibat ringan hingga berujung pada kematian. Oleh karena itu, dr Arlita menyarankan untuk segera membawa bayi Anda ke fasilitas kesehatan terdekat apabila bayi dicurigai mengalami shaken baby syndrome.
“Pemeriksaan seperti CT Scan/MRI Kepala, rontgen, laboratorium darah, pemeriksaan mata dan lain-lain dilakukan atas petunjuk dokter yang memeriksa,” katanya.
Health
Moms, Kenali Apa Itu Shaken Baby Syndrome pada Bayi dan Anak
Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Mia Chitra Dinisari