Bisnis.com, JAKARTA – Ahli genetik tengah mengenali varian baru virus corona yaitu C.1.2 yang muncul di Afrika Selatan dan beberapa negara.
Varian baru ini memiliki mutasi yang seperti pada varian Alpha, Beta, Delta, dan Gamma. Mutasi virus yang berasal dari varian C.1 ini lebih mudah menular dan memiliki kemampuan untuk menghindari sistem kekebalan tubuh.
Namun, para peneliti belum mengetahui apakah kombinasi mutasi ini akan membuat C.1.2 lebih berbahaya. Sementara itu, varian C.1.2 belum ditetapkan sebagai VOI (varian of interest) maupun VOC (varian of concern).
Tim peneliti di Afrika Selatan menaruh perhatian pada varian baru ini karena mutasi yang ditemukan termasuk pada kategori VOI dan VOC. Hal tersebut menyebabkan virus lebih mudah menular dan kebal terhadap antibodi.
Mutasi lain yang terlihat pada C.1.2 dapat membantu varian mengatasi perlindungan kekebalan yang ditawarkan oleh vaksinasi atau infeksi alami, atau memberikan keunggulan dibandingkan varian yang menyebar cepat seperti Delta.
Para ilmuwan sedang bekerja untuk mengumpulkan informasi, termasuk melihat kemampuan C.1.2 dalam menembus perlindungan imun.
Salah satu peneliti di Afrika Selatan memberikan laporan melalui pracetak bahwa mereka sedang memperdalam dan menilai varian ini terhadap netralisasi antibodi setelah infeksi atau vaksinasi terhadap SARS-CoV-2. Menurut WHO, varian ini sudah ditemukan di Eropa dan Asia dengan kasus baru yang cenderung sangat rendah.
“Saat ini, C.1.2 tampaknya tidak menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, tetapi kami membutuhkan lebih banyak pengurutan genom untuk dibagikan secara global,” ujar Pimpinan Teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove.
Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, Dr. Anthony Fauci menyampaikan bahwa sampai saat ini di Amerika belum ada laporan kasus C.1.2. Hampir 98% kasus baru di Amerika didominasi oleh varian Delta.