Antibodi monoklonal
Health

Fakta-fakta Antibodi Monoklonal pada Pasien Covid-19

Ni Luh Anggela
Selasa, 28 September 2021 - 17:24
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Semenjak pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, ada berbagai macam pilihan pengobatan yang ditawarkan untuk pasien Covid-19, terutama pada mereka yang berisiko mengalami perburukan gejala karena kondisi medisnya. Salah satunya adalah pengobatan antibodi monoklonal. Lalu, apa itu antibodi monoklonal?
 
Antibodi monoklonal adalah protein buatan yang mirip dengan sistem kekebalan tubuh manusia pada saat melawan antigen berbahaya seperti infeksi virus.
 
Obat ini sudah disetujui penggunaannya di Amerika, sementara di Eropa untuk terapi Covid dengan persyaratan tertentu. Di Indonesia, penggunaan antibodi monoklonal untuk Covid-19 sudah disetujui oleh Badan POM.
 
Contoh obat antibodi monoklonal di Amerika seperti Casirivimab-imdevimab (600 mg, diberikan sekali pemberian intravena) dan Sotrovimab (500 mg, diberikan sekali pemberian intravena). Di Eropa, The European Medicines Agency (EMA) telah menyetujui penggunaan antibodi monoklonal regdanvimab.
 
“BPOM juga sudah menyetujui penggunaan regdanvimab (merek Regkirona),” tulis dr Sandra Sinthya Langow, internis konsultan reumatologi di Siloam Hospital Lippo Village, melalui akun Instagramnya, Selasa (28/9/2021).
 
Perlu diketahui, tidak semua pasien Covid-19 dapat menggunakan antibodi monoklonal.
 
“Ada indikasi khusus,” kata dr Sandra.
 
Dalam unggahannya, dr Sandra membagikan, antibodi monoklonal paling baik digunakan pada pasien Covid-19 dengan kondisi:

·  Pasien rawat jalan, atau pada awal sakit
·  Bergejala ringan, sedang
·  Belum membutuhkan suplementasi oksigen, atau jika sudah biasa menggunakan oksigen, tidak meningkat kebutuhannya
·  Berisiko mengalami Covid-19 berat karena kondisi medisnya
 
Lantas, siapa saja yang dapat diberikan antibodi monoklonal? Antibodi monoklonal diberikan kepada kelompok yang berisiko terkena Covid-19 berat, seperti:

·  Mereka yang berusia di atas 65 tahun
·  Body Mass Index (BMI) di atas 25 kg/m2
·  Wanita hamil
·  Pengidap  ginjal kronik dan diabetes
·  Mereka yang menggunakan obat imunosupresan
·  Mereka yang memiliki penyakit kardiovaskular termasuk jantung bawaan
·  Mereka yang memiliki penyakit paru kronik
·  Sickle  cell disease
·  Neurodevelopmental disorders, serta
·  Dependence on a medical-related technology
 
Terdapat sebuah studi randomized clinical trial yang dilakukan pada 327 pasien rawat jalan dewasa (Covid-19) dengan gejala awal ringan hingga sedang. Mereka diterapi dengan regdanvimab (40 mg/kg) dengan dosis maksimum 8.000 mg, dan dalam 3 hari pertama menurunkan risiko masuk rumah sakit, kebutuhan oksigen dan kematian, jika dibandingkan dengan placebo (4 vs 8,7 persen). Sementara itu, pada pasien dengan risiko perburukan kea rah infeksi Covid-19 berat, manfaatnya lebih besar lagi (4,3 vs 12,7 persen).  
 
Dengan adanya antibodi monoklonal, dr Sandra berharap dapat mencegah perburukan infeksi Covid-19 pada kelompok risiko tinggi. Tapi, dia menegaskan bahwa antibodi monoklonal bukan pengganti vaksin dan bukan usaha pencegahan seperti vaksinasi.

#ingatpesanibu #sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro