Bisnis.com, JAKARTA – Pada tanggal 13 Oktober setiap tahunnya ditandai sebagai Hari Trombosis Sedunia, untuk memberikan perhatian dan fokus terhadap kondisi trombosis pada masyarakat dunia.
Wanita sebagai kelompok khusus juga memerlukan perhatian khusus mengenai kondisi trombosis, karena ternyata kejadian trombosis berkaitan erat dengan hormon-hormon reproduksi wanita.
Trombosis merupakan pembentukan gumpalan darah dan dapat menyumbat pembuluh darah arteri atau vena sehingga bisa berpotensi fatal seperti, stroke, serangan jantung dan gangguan pernapasan.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan potensi seseorang mengalami trombosis vena, yaitu:
· Riwayat Deep vein thrombosis (DVT) di keluarga
· Obat hormon
· Kehamilan
· Kebiasaan merokok
· Usia lanjut
· Kegemukan atau obesitas
· Penyakit kronis
Sementara itu, beberapa faktor yang dapat meningkatkan potensi seseorang mengalami trombosis arteri, yaitu:
· Kebiasaan merokok
· Diabetes
· Hipertensi
· Kolesterol tinggi
· Usia lanjut
· Kegemukan atau obesitas
· Tidak aktif bergerak
“Trombosis perlu dikenali sejak awal. Ketahui gejalanya sehingga kita bisa lebih dini memeriksakannya dan bisa menghindari komplikasinya” tulis dr. Purnawan Senoaji, spesialis obstetri dan ginekologi, melalui laman Instagramnya, Jumat (15/10/2021).
dr. Purnawan Senoaji juga membagikan fakta-fakta seputar trombosis yang perlu Anda ketahui.
1. Apakah wanita lebih sering terkena trombosis daripada pria?
Jawabannya adalah TIDAK.
dr. Purnawan Senoaji menjelaskan, pria memiliki risiko 1,9 kali lipat untuk kejadian trombosis dibandingkan wanita.
Faktor hormonal wanita seperti estrogen pada usia reproduksi bertindak sebagai protektor relatif terhadap kejadian trombosis pada wanita.
“Namun, wanita tetap memiliki risiko trombosis, terutama pada kondisi khusus seperti kehamilan, pemakaian KB dan obat hormon,” kata dr. Purnawan Senoaji.
2. Apakah hamil bisa meningkatkan risiko trombosis?
Jawabannya adalah IYA.
Kehamilan meningkatkan risiko kejadian trombosis vena. Kejadian tersering menurutnya justru setelah kelahiran bayi.
“Kejadian saat hamil termasuk jarang, berkisar 1 hingga 2 per 1.000 kehamilan,” katanya.
Gejala yang paling umum adalah bengkak dan kemerahan disertai nyeri pada salah satu kaki. Apabila Anda mengalami gejala ini, segera berobat dan berkonsultasi dengan dokter, karena risiko lebih berat bisa terjadi seperti sesak napas, batuk darah hingga kolaps.
3. Apakah benar kontrasepsi (KB) bisa menyebabkan risiko trombosis pada wanita?
Jawabannya adalah IYA.
Pemberian hormon estrogen buatan seperti kontrasepsi oral (pil KB) dan hormon pengganti estrogen meningkatkan risiko trombosis pada wanita.
“Pada wanita dengan faktor risiko trombosis, tidak disarankan untuk mengonsumsi obat hormonal karena bisa meningkatkan risiko trombosis di kemudian hari,” sarannya.