Bisnis.com, JAKARTA - Menurut Riskesdas 2018, tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat menjadi 21,8 persen dan prevalensi berat badan berlebih juga meningkat dari 11,5 persen di 2013 ke 13,6 persen di 2018.
Perubahan gaya hidup selama pandemi seperti konsumsi gula berlebih dan berkurangnya aktivitas fisik berpotensi meningkatkan risiko obesitas.
Obesitas sendiri memiliki risiko prediabetes dan diabetes dimana hampir 90% orang dengan diabetes tipe 2 ternyata mengalami masalah kelebihan berat badan atau obesitas.
dr. Elvieda Sariwati, M.Epid, Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan prevalensi diabetes di tingkat nasional menunjukkan dari 6,9% pada 2013, menjadi 8,5% pada 2018 dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
Seperti yang kita ketahui, katanya, diabetes dapat menjadi jalan pintas penyakit-penyakit tidak menular lainnya seperti gangguan penglihatan, penyakit jantung, gagal ginjal, dan gangguan syaraf. Dari 10-15 tahun sejak awal terdiagnosa, prevalensi semua komplikasi ini akan meningkat tajam. Tak hanya itu, diabetes juga menjadi salah satu faktor komorbid yang berkaitan dengan peningkatkan tingkat keparahan COVID-19.
"Pencegahan sedini mungkin adalah solusi terbaik agar terhindar dari dampak fatal diabetes. Terapkan perilaku hidup sehat dengan menjalani GERMAS dan CERDIK. Kuatkan komitmen untuk menjaga pola makan yang bergizi dan perhatikan asupan gula sehari-hari, rutin beraktivitas fisik, dan jangan ragu untuk segera periksakan diri ketika muncul gejala awal.” ujarnya.
Dia menambahkan, menjaga pola makan sehat dan perhatikan asupan gula sehari-hari, rutin beraktivitas fisik, lakukan deteksi dini/skrining berkala dan jangan ragu untuk segera periksakan diri ketika muncul gejala awal.
dr. Marya Haryono, MGizi, SpGK, FINEM, Dokter Spesialis Gizi Klinis menjelaskan, konsumsi gula berlebih berkontribusi terhadap tingginya asupan kalori yang dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Sayangnya, masyarakat masih cenderung mengonsumsi gula dalam jumlah yang tinggi, baik dari penambahan gula saat memasak, makan, dan minum maupun melalui konsumsi makanan dan minuman manis yang tinggi gula.
Dia mengatakan masyarakat juga perlu waspada dengan kandungan gula yang terkandung di makanan dan minuman kemasan. Untuk itu, masyarakat perlu lebih jeli dalam memerhatikan label kemasan guna mengetahui kandungan gula tersembunyi (hidden sugar) di makanan minuman. Hal ini penting agar kita dapat lebih sadar akan jumlah gula yang dikonsumsi setiap harinya.
“Selain itu, masyarakat juga secara rutin perlu melakukan pengukuran berat badan untuk mengetahui apakah berat badan mereka termasuk kategori normal atau overweight dan bahkan obesitas. Cara pengukurannya dengan metode perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu jumlah berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter) kuadrat. Berdasarkan World Health Organization, untuk orang Asia, apabila hasil BMI-nya di bawah 18,5 maka tergolong kurus, sementara BMI 18,5-22,9 termasuk kategori normal. Masyarakat perlu lebih waspada apabila hasil BMI mencapai angka 23,0-24,9 karena sudah termasuk overweight, 25-29,9 termasuk kategori obesitas tingkat I, dan ≥30 dinyatakan obesitas tingkat II,” jelas dr. Marya.
Yusra Egayanti, S.Si, Apt, MP, Koordinator Standardisasi Pangan Olahan Keperluan Gizi Khusus, Badan POM RI, mengatakan, cermat membaca label kemasan pangan olahan dapat membantu kita lebih bijak dalam konsumsi gula dan terhindar dari risiko obesitas. Masyarakat harus selalu memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (seperti lemak, lemak jenuh, protein, garam/natrium, dan karbohidrat (termasuk gula)) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian.
"Idealnya, dalam sehari, masyarakat dapat mengonsumsi tidak lebih dari, gula sebanyak 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan, garam sebanyak 5 gram atau setara dengan 1 sendok teh, dan lemak total sebanyak 67 gram atau 5 sendok makan.” ujarnya.
Susana, S.T.P., M.Sc., PD.Eng., Head of Strategic Marketing Nutrifood menyatakan, pentingnya komitmen yang berkelanjutan dan kolaborasi bersama mitra strategis seperti Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM RI.
"Sejak 2013, kami secara konsisten mengedukasi tenaga kesehatan, komunitas, dan masyarakat melalui kampanye Cermati Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak serta Baca Label Kemasan. Kami berharap melalui Festival Komunitas ‘Beat Obesity’ hari ini dapat memperluas wawasan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak muda, komunitas kuliner dan kesehatan, serta masyarakat umum tentang pentingnya batasan konsumsi gula untuk membantu mereka terhindar dari risiko obesitas dan diabetes.” paparnya.
Selain itu, katanya, mereka juga menerapkan program Beat Obesity untuk membantu karyawan dengan status overweight dan obesitas menjalani program hidup sehat dan penurunan berat badan. Berlangsung sejak Maret hingga September 2021 (6 bulan), program ini diikuti oleh 132 karyawan yang ingin menurunkan berat badannya. Karena pandemi, hampir seluruh program pendampingan diadakan secara virtual, yang terdiri dari medical check up, survei kebiasaan hidup sehat dan pembentukan support group, serta berbagai aktivitas olahraga secara mandiri maupun kelas virtual, edukasi kesehatan, penyediaan makan siang khusus bagi karyawan yang berlokasi di pabrik, dan konsultasi kesehatan dengan dokter.
“Setelah menjalani program ini selama 6 bulan, hampir 80 persen peserta program ini mengalami penurunan berat badan rata-rata 4,5 kg. Sebagian di antaranya bahkan mengalami penurunan lebih dari 10 kg berat badan. Meskipun program ini masih belum sempurna, kami senang dapat memberikan manfaat untuk mendukung karyawan kami menjadi lebih sehat dan meningkatkan kualitas hidup mereka dan keluarga,” tutup Susana.
Marcellino Indrawan, The New L-Men of The Year 2021 sekaligus seorang Health Influencer menceritakan perjalanannya dalam menurunkan berat badan dan menjalani gaya hidup sehat.
Pada awal tahun 2021, berat badannya mencapai angka 90 kg. Sehingga dia berusaha konsisten dalam menjaga asupan nutrisi, membatasi asupan gula, aktif berolahraga, dan beristirahat.
"Dalam waktu 10 bulan, kini berat badan saya mencapai 76,5 kg, dengan massa otot yang lebih tinggi. Tidak hanya itu, saya merasakan manfaat dengan menjalani gaya hidup yang lebih sehat, di mana fisik terasa lebih fit, performa lebih optimal dan produktif dalam beraktivitas, dan hidup terasa jadi lebih berkualitas. Saya mengajak teman-teman di sini, khususnya yang masih muda untuk mulai menjalani gaya hidup sehat sejak dini untuk hidup yang lebih produktif dan berkualitas,” jelas Nino.