Bisnis.com, JAKARTA - Persoalan pengelolaan sampah masih menjadi hal problematik di Indonesia. Terbukti, tingginya produksi sampah nasional yang mencapai 67,8 juta ton pada tahun 2020 berkontribusi besar pada semakin menggunungnya timbunan-timbunan di tempat pembuangan akhir (TPA).
Masalah tersebut tidak hanya menimbulkan pencemaran lingkungan, tetapi juga memicu terjadinya bencana, bahkan hingga hilangnya ratusan nyawa. Permasalahan sampah di Indonesia adalah hal yang sangat pelik. Kolaborasi dan peran serta semua pihak dalam mata rantai sampah sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah ini. Semakin banyak pihak yang terlibat membantu melakukan aksi nyata, akan semakin cepat solusi atas permasalahan lingkungan bisa dihadapi.
Kristy Nelwan, Head of Communications PT Unilever Indonesia, Tbk mengatakan, perusahaan memiliki sejumlah komitmen dan target untuk mengatasi permasalahan sampah di Indonesia, dari hulu sampai hilir, hingga tahun 2025 mendatang.
"Sebagai contoh, kami melakukan berbagai upaya penyelesaian masalah plastik melalui tiga kerangka kerja pengelolaan, edukasi pemilahan sampah pada berbagai level, hingga investasi besar dalam pengembangan model bisnis baru yang mendukung ekonomi sirkular," ujarnya dikutip dari keterangan tertulisnya seperti dalam program mentoring ‘Every U Does Good Heroes’ serial The Journey.
Bijaksana Junerosano, pendiri Waste4Change yang telah lama berkecimpung dalam berbagai gerakan pelestarian lingkungan di Indonesia, berbagi ilmu serta pengalaman kepada 100 peserta terpilih mengenai ‘People Engagement’.
Dia memberikan strategi mewujudkan upaya kolektif dalam menciptakan solusi akan suatu masalah, khususnya dalam mewujudkan Indonesia yang lebih hijau dan lestari.
“Untuk memulai aksi nyata, kita perlu menekankan nilai WISDOM, yaitu mengenal watak, menemukan impian, menyusun strategi yang tepat, senantiasa mendidik diri, bekerja keras (otot maupun otak), dan kemampuan manajemen dalam menjalankan sebuah gerakan. Dalam implementasinya, kita perlu mewujudkan upaya kolektif serta memiliki tim yang efektif. Dukungan kuat dari sekitar merupakan hal penting untuk bisa mencapai tujuan dalam membangun planet yang lebih hijau,” ujar Sano.
Sano juga memberikan beberapa poin penting dalam membuat sebuah tim yang efektif pada gerakan yang kini telah dijalani oleh para peserta. Untuk membantu para peserta dalam membentuk tim yang efektif melalui employee engagement, Sano membagikan sebuah model yang dapat menjadi referensi bagi peserta dari Gallup Engagement Hierarchy. Dalam model tersebut, terdapat empat tingkatan employee engagement, yaitu kebutuhan dasar (basic needs), dukungan manajemen (individual), kerja sama (team work), dan perkembangan (growth) yang dapat membentuk tim yang efektif.
Sesuai dengan yang telah disampaikan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo pada Konferensi Tingkat Tinggi COP-26, penyelesaian masalah lingkungan dapat diselesaikan melalui solidaritas, kemitraan, hingga kolaborasi. Ketiga elemen tersebut menjadi bagian penting dari program ‘Every U Does Good Heroes’ yang diinisiasi oleh PT Unilever Indonesia untuk menemukan sosok-sosok muda yang ingin mewujudkan purpose dan memberikan kebaikan bagi Indonesia yang lebih hijau, sehat, dan sejahtera.
Sebanyak 100 peserta terpilih mendapatkan program mentoring dengan berbagai modul, salah satunya modul People Engagement hari ini yang diharapkan dapat membantu peserta dalam proses pembentukan tim yang efektif untuk mewujudkan visi dari gerakan/organisasi masing-masing. Di akhir program, 10 Every U Does Good Heroes terbaik berhak menerima micro grant sebesar Rp30 Juta untuk merealisasikan gerakannya serta program coaching 1 on 1 dari lima mentor program ‘Every U Does Good Heroes’.