Bisnis.com, JAKARTA – Jika Anda pernah mengalami patah hati, Anda tentu pernah merasakan sensasi sakit di dada, dan itu sangat menyakitkan.
Pengalaman traumatis, hubungan percintaan yang gagal hingga kehilangan seseorang yang dekat dengan Anda, semuanya dapat menyebabkan patah hati. Tetapi siapa sangka, patah hati dapat mengancam nyawa Anda.
Meskipun kedengarannya sulit dipercaya, melansir Times of India, Rabu (24/11/2021), sindrom patah hati yang juga dikenal sebagai kardiomiopati takotsubo atau kardiomiopati akibat stres terjadi ketika seseorang mengalami stres akut, yang kemudian menyebabkan kelemahan otot jantung yang cepat dan reversibel. Ini adalah kondisi jantung sementara yang dipicu oleh peristiwa dan emosi yang membuat stres.
Sindrom ini dikaitkan dengan dua jenis stres yaitu stres emosional dan stres fisik. Stres emosional termasuk kesedihan, kemarahan yang ekstrim, ketakutan dan emosi ekstrim lainnya, sedangkan stres fisik termasuk penyakit fisik yang serius atau pembedahan.
Para ahli percaya bahwa jantung responsif terhadap hormon stres, yang membuatnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Ketika Anda cemas atau patah hati, tubuh akan melepaskan hormon-hormon ini secara berlebihan, yang pada akhirnya semakin menekan jantung dan mengganggu kemampuannya untuk memompa darah dengan benar. Stimulasi jantung yang berlebihan inilah yang dapat menyebabkan kardiomiopati stres.
Mereka yang berurusan dengan sindrom patah hati mungkin memiliki gejala yang menyerupai serangan jantung. Gejala-gejalanya antara lain sesak napas, nyeri dada dan sesak secara tiba-tiba, serta kelelahan atau kelemahan yang tidak dapat dijelaskan.
Beberapa orang mungkin mengalami hipotensi atau tekanan darah rendah, yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran. Jantung berdebar-debar, keringat berlebihan dan mual juga bisa menjadi gejala dari sindrom ini.
Karena memiliki gejala yang menyerupai serangan jantung, bukan berarti mereka sama. Kardiomiopati takotsubo atau sindrom patah hati bukanlah serangan jantung.
Serangan jantung terjadi ketika arteri jantung tersumbat, mengganggu aliran darah sehingga menyebabkan kerusakan jaringan. Tidak ada bukti bahwa sindrom patah hati ada hubungannya dengan arteri yang tersumbat. Sebaliknya, itu disebabkan oleh stres, yang menyebabkan jantung membesar, sehingga sulit untuk memompa darah secara efisien.
Pada beberapa orang, sindrom ini bersifat sementara. Kebanyakan pulih dengan sendirinya, tanpa bahaya atau komplikasi yang tersisa. Tetapi, orang masih bisa meninggal karena sindrom ini.
Kondisi ini dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur (aritmia), yang dapat menyebabkan syok kardiogenik. Hal ini selanjutnya menyebabkan jantung melemah secara dramatis, membatasi kemampuannya untuk memompa cukup darah ke seluruh tubuh.
Penting untuk segera mengambil tindakan dan memulai perawatan medis jika detak jantung Anda mulai tidak teratur, untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan.