Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah di berbagai negara mulai mengantisipasi gelombang baru Covid-19 seiring ditemukannya varian Omicron di Afrika Selatan sekitar sepekan lalu. Simak cerita ilmuan Afrika Selatan menemukan varian Omicron.
Berdasarkan data terbaru, ada 22 negara yang telah melaporkan kasus varian Omicron masuk ke negara mereka, antara lain Afrika Selatan, Israel, Inggris, Hong Kong, Jepang, hingga Brasil.
Lantas, bagaimana latar belakang ilmuan asal Afrika Selatan berhasil mendeteksi varian Omicron?
Dilansir dari Indian Express, laboratorium di provinsi Gauteng Afrika Selatan mulai menemukan sesuatu yang tidak biasa saat memproses sampel tes Covid-19 pada akhir November 2021. Mereka tidak dapat mendeteksi gen virus yang menciptakan protein spike yang memungkinkan patogen memasuki sel manusia dan menyebar di sel tubuh.
Pada saat bersamaan, rumah sakit di wilayah tersebut tiba tiba dibanjiri pasien dengan keluhan yang sama. Kasus ini muncul setelah berminggu-minggu tanpa kasus baru. Pada masa itu, Afrika Selatan mulai pulih dari serangan gelombang ketiga varian delta.
Perkembangan tersebut menandai timbulnya gelombang infeksi dengan varian Omicron di negara tersebut. Kehadiran varian ini dengan cepat menjadi jenis yang dominan dan telah mendorong lonjakan kasus baru.
Pengumuman penemuannya pada 25 November memicu kepanikan global dan kehancuran pasar, dengan negara-negara termasuk Inggris dan AS memberlakukan larangan penerbangan menuju dan dari Afrika Selatan. Pada hari Rabu (1/12/2021), mutasi telah ditemukan di setidaknya 22 negara.
Anomali dalam sampel pertama kali terdeteksi oleh para ilmuwan di Laboratorium Lancet, Afrika Selatan.
“Mereka tidak tahu apa yang salah sehingga mereka memberi tahu ahli virologi, yang mulai mengurutkan sampel,” katanya Glenda Gray, presiden Dewan Penelitian Medis Afrika Selatan seperti dikutip dari Indian Express, Rabu (1/12/2021).
Ilmuwan Junior Lancet, Alicia Vermeulen yang membuat penemuan awal pada 4 November 2021 dibuat bingung akibat mutasi ini.
Awalnya, mutasi ini dikenal sebagai B.1.1.529. Dalam varian ini, Gen S tidak dapat dideteksi karena telah bermutasi.
"Apa pun yang saya katakan hari ini mungkin salah besok," kata Gray.
Sementara itu, para ilmuwan di Botswana juga menemukan anomali yang sama dalam sampel dari tes yang dilakukan pada para pelancong pada awal November. Keanehan juga muncul dalam sampel yang diambil dari seseorang yang telah kembali ke Hong Kong dari Afrika Selatan dan sedang dikarantina.
Untuk saat ini, dokter setempat mengatakan, varian Omicron tampaknya menyebabkan penyakit ringan. Tetapi dengan wabah yang awalnya lepas landas dalam kelompok mahasiswa yang relatif muda, sulit untuk mengatakan apa efeknya begitu terjadi di segmen populasi yang lebih tua dan lebih rentan.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah memperingatkan potensi lonjakan Covid dengan "konsekuensi parah" yang dipicu oleh omicron, yang konstelasi mutasinya menunjukkan bahwa itu mungkin lebih menular dan mampu menghindari kekebalan yang diberikan oleh vaksinasi atau infeksi sebelumnya.
Kecepatan penemuan ini merupakan bukti kemampuan tim sekuensing gen Afrika Selatan semakin bagus. Mengingat, negara ini memilki pasien HIV dan tuberkolosis (TB) terbanyak di dunia.