Bisnis.com, JAKARTA - Vitamin D adalah salah satu vitamin yang paling banyak dikonsumsi orang, terutama di masa pandemi.
Vitamin D, yang secara alami ada dalam beberapa makanan, dikenal sebagai "vitamin sinar matahari" karena kita mendapatkan sebagian besar dari paparan sinar matahari.
Mendapatkan cukup vitamin D diperlukan untuk menjaga tubuh Anda berfungsi dengan baik. Vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium di usus dan memiliki peran lain dalam tubuh, termasuk pengurangan peradangan. Meskipun demikian, terlalu banyak vitamin D dapat berdampak negatif pada tubuh Anda.
Mengambil terlalu banyak suplemen vitamin D dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terlalu banyak kalsium menumpuk di dalam tubuh, yang dikenal sebagai hiperkalsemia. Hal ini dapat melemahkan tulang dan merusak ginjal dan jantung.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di National Library of Medicine mengatakan bahwa gejala klinis keracunan vitamin D "termasuk manifestasi neuropsikiatri" seperti lesu, kebingungan, lekas marah, depresi dan halusinasi.
Gejala gastrointestinal dapat berupa nyeri perut, mual, muntah, dan konstipasi.
“Jika Anda memilih untuk mengonsumsi suplemen vitamin D, 10 mikrogram sehari sudah cukup untuk kebanyakan orang.” ujar NHS dilansir dari Express.
NHS mencatat bahwa laporan tentang vitamin D yang mengurangi risiko virus corona tidak didukung oleh cukup bukti untuk mengetahui apakah ini masalahnya.
“Saat ini tidak ada cukup bukti untuk mendukung penggunaan vitamin D semata-mata untuk mencegah atau mengobati COVID-19,” katanya.
Pada April 2020, NHS mengeluarkan pernyataan, berdasarkan rekomendasi dari Public Health England (PHE), bahwa kita semua harus mempertimbangkan untuk mengonsumsi 10 mcg/hari vitamin D sebagai suplemen, untuk menjaga kesehatan tulang dan otot kita.
Saran ini telah dikeluarkan sekarang, sebagian besar karena pembatasan yang diberlakukan oleh karantina dan penguncian.
