Bisnis.com, JAKARTA - Tim peneliti FKUI-RSCM menemukan sistim skoring untuk menilai prognostik COVID-19.
Sistem skoring ini untuk menentukan prioritas kebutuhan layanan kesehatan pada pasien rawat inap.
Adapun sistem ini disusun sesuai dengan layanan kesehatan di Indonesia.
Tim peneliti tersebut merupakan kolaborasi dari ahli epidemiologi klinik, dokter spesialis paru, dokter spesialis penyakit dalam serta dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan dan kepala-leher (THT-KL) yang berasal dari RSCM, RSUD Cengkareng, RS Islam. Penelitian tersebut berhasil dipublikasikan dalam jurnal Acta Medica Indonesiana pada bulan Oktober 2021 silam.
Penelitian dilakukan terhadap sebanyak 1048 data pasien yang tersebar di lima rumah sakit rujukan COVID-19 di Jakarta.
Dari data-data pasien tersebut, tim peneliti berusaha mencari faktor-faktor apa saja yang paling besar pengaruhnya dalam menaikkan risiko kematian pada pasien COVID-19.
Faktor-faktor tersebut didapatkan melalui wawancara pasien (anamnesis), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium khusus.Pemeriksaan yang dilakukan pun relatif praktis dan tidak memerlukan fasilitas yang terlalu canggih.
Untuk selanjutnya, sistem skor prognostik baru ini diharapkan mampu diterapkan dalam skala yang lebih luas. Skor ini sudah didesain sedemikian rupa agar tetap bisa dilakukan di fasilitas kesehatan yang terbatas sekalipun.
Cukup dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan tes darah sederhana, para tenaga kesehatan di lapangan sudah mampu membagi pasien COVID-19 berdasarkan peluang terjadinya kematian selama rawat inap.
"Dengan demikian, penentuan prioritas layanan kesehatan juga diharapkan akan semakin optimal," demikian pernyataan mereka dalam keterangan yang diterima Bisnis.
Dalam penilaian tersebut, pasien dengan kondisi berat jika dari hasil penelitian poinnya mencapai 7 atau lebih dari 7.
Adapun indikator penilaian yakni terdiri dari kondisi pasien dan gejala yang dirasakan. Berikut perinciannya:
1. CKD
Chronic kidney disease (CKD) alias penyakit ginjal kronis, merupakan kondisi di mana terjadi penurunan fungsi ginjal secara signifikan selama beberapa waktu (lebih dari 3 bulan), sehingga CKD juga sering dianggap sebagai gagal ginjal kronis.
Jika pasien memiiliki CKD, maka poin penilaian dihitung menjadi 1.
2. CPOD
Penyakit paru obstruktif kronis atau sering disingkat PPOK adalah istilah yang digunakan untuk sejumlah penyakit yang menyerang paru-paru untuk jangka panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara dari dalam paru-paru sehingga pengidap akan mengalami kesulitan dalam bernapas.
Jika pasien memiiliki CPOD , maka poin penilaian dihitung menjadi 1.
3. Fatigue
Fatigue adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan kondisi lelah atau kekurangan energi secara keseluruhan. Fatigue berbeda dengan sekadar merasa capek atau mengantuk saja.
Jika pasien mengalami fatigue, maka poin penilaian dihitung menjadi 2.
4. Dyspnea
Dyspnea adalah istilah medis untuk sesak napas. Ini adalah kondisi yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan yang pada beberapa kasus perlu ditangani dengan serius. Sesak napas bisa saja bersifat ringan dan sementara, tetapi ada juga yang serius dan berlangsung lama.
Jika pasien memiiliki Dyspnea, maka poin penilaian dihitung menjadi 1.
5. Altered Mental Status
Penderita delirium dapat mengalami gangguan dalam berpikir, berperilaku, merasa lelah luar biasa, baik secara fisik maupun mental.
Jika pasien memiiliki Altered Mental Status, maka poin penilaian dihitung menjadi 1.
6. Neutrophil-lymphocyte ratio (NLR) lebih dari 5-8
Neutrophil-lymphocyte ratio (NLR) adalah hasil pembagian dari jumlah sesungguhnya (absolute count) neutrofil denganjumlah sesungguhnya.
Jika pasien mengalami NLR lebih dari 5-8, maka poin penilaian dihitung menjadi 3.
7. Severe Critical Condiion
Adalah kondisi kritis parah yang disebabkan sebuah penyakit.
Jika pasien mengalami Severe Critical Condiion maka poin penilaian dihitung menjadi 2.